Selasa, 31 Oktober 2017

Bermain dan Belajar

Penerapan Permainan Ular Tangga sebagai Media Pembelajaran Keterampilan Berbicara dalam Pementasan Drama di SMP
Oleh: Isnaini Hidayati
1420301155 
PENDAHULUAN
Tujuan pengajaran bahasa Indonesia secara umum bagi siswa adalah untuk mengembangkan kemampuan berbahasa indonesia sesuai dengan kemampuan, kebutuhan dan minatnya. Kemampuan siswa dalam berbahasa sangat penting karena dengan pengajaran bahasa Indonesia di sekolah membantu siswa mengenal dirinya, budayanya dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan serta siswa dapat berpartisipasi dengan orang lain. Hal ini, siswa mudah berkomunikasi dengan temannya yang berbeda budaya. Pendidikan bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa pada siswa.

Ketentuan umum undang-undang system pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 diperoleh penjelasan bahwa pendidikan adalah usaha danterencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, keprubadian, kecerdasan, akhlak yang mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara (Depdiknas, 2004:1). Siswa SMP dengan pembelajaran bahasa Indonesia memungkinkan siswa untuk saling berkomunikasi dengan siswa lainnya, saling berbagi pengalaman, saling belajar untuk meningkatkan kemampuan intelektual. 
Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yaitu: (1) keterampilan menyimak; (2) keterampilan berbicara; (3) keterampilan membaca; (4) keterampilan menulis (Nida 1957:19, Haris 1977, Tarigan 1981). Setiap keterampilan bahasa  mempunyai hubungan dari ke empat keterampilan tersebut. Keterampilan berbahasa biasanya melalui suatu hubungan urutan yang teratur, dari menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan hanya diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak pelatihan. Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih keterampilan berfikir. (Tarigan, 1980:1 1981:2, Dawson (et al), 1963:27).Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, perasaan kepada pendengar. Siswa SMP saat ini masih kurang dalam berbicara khususnya mata pelajaran drama. Hal tersebut karena terjadi kesalahan saat menyampaikan materi kepada siswa sehingga siswa kurang tertarik dengan mata pelajaran bahasa Indonesia materi drama, mereka menganggap materi tersebut susah untuk dipelajari. Siswa juga merasa sulit jika anaknya kurang percaya diri dan tidak suka berakting padahal mata materi drama sangat penting dipelajari. Kenyataan yang terjadi pada siswa SMP kurang tertarik penggunakan media yang kurang biasa seperti bermain peran (Role Play. Hal ini dikarenakan guru sering mengguanakan media yang membosankan sehingga siswa kurang tertarik dengan mata pelajaran bahasa Indonesia pada materi drama.
Berdasarkan permaslahan tersebut, peneliti melakukan penelitian dengan mengganti media pembelajaran dengan media yang menarik minat siswa pada materi drama. Medianya pembelajaran mengguanakan permainan ular tangga menjadi solusi agar siswa tertarik dengan pembelajaran, karena siswa SMP masih senang dengan bermain. Media ular tangga menjadi salah satu cara yang menarik karena ular tangga merupakan permainan anak-anak dan banyak dimainkan oleh siswa jika berada di rumah. Permainana ular tangga tersebut dijadikan media pembelajaran maka siswa akan tertarik dengan pembelajaran drama. 
Pembelajaran dengan media ular tangga pada materi drama diharapkan mampu menarik minat belajar siswa.  Dengan media ular tangga mampu mencapai tujuan pembelajaran di sekolah. Bermain dengan belajar merupakan hal yang harus dilakukan karena mempunyai manfaat banyak khususnya pembelajaran tidak terjadi suasana yang menegangkan yang akan membuat siswa susah berpikir. 
LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA



Landasan Teori
·       Pengertian berbicara menurut Arsjad dan Mukti U.S (1993:23) kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan kalimat-kalimat untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
·    Berbicara Menurut Tarigan (1990:149) menyatakan bahwa berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan.
·   Berbicara menurut Tarigan (1993:15) mengatakan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasam dan perasaan.
·      Berbicara menurut Tarigan (2008:3) mengatakan bahwa berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari..
·      Tujuan utama berbicara Tarigan (2008:16) adalah berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka seharusnya sang pembicara memahami makna segala segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan.
·      Fungsi berbicara menurut Haryadi (1994) ada beberapa fungsi berbicara. Berbicara dalam kehidupan dapat berfungsi sebagai :
Pemenuhan hajat manusia sebagai makhluk sosial,
Ø  Alat komunikasi untuk berbagai urusan atau keperluan,
Ø  Ekspresi sikap dan nilai demokrasi,
Ø  Alat pengembangan dan penyebarluasan ide/pengetahuan,
Ø  Peredam ketegangan, kecemasan dan kesedihan.
·      Pengertian drama menurut Budianta dkk (2002:95) drama adalah sebuah genre sastra yang penampilan fisiknya memperlihatkan secara verbal adanya dialogue atau cakapan diantara tokoh-tokoh yang ada.
·      Pengertian media menurut Degeng (1989:142) menyatakan bahwa media adalah komponen strategi penyamaian yang dapat dimuat pesan yang akan disamaikan kepada pembelajaran bisa berupa alat, bahan, dan orang.
·        Pengertian media pembelajaran menurut Sukiman (2012: 28) menyatakan media pembelajaran adalah media yang memungkinkan terwujudnya hubungan langsung antara karya seseorang pengembang mata pelajaran dengan para siswa.
·      Pengertian permainan ular tangga menurut Sadiman dkk. (2008:75) menyatakan bahwa permainan (games) adalah setiap konteks antara para pemain yang berinteraksi atau sama lain dengan mengikuti aturan-aturan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu
Tinjauan Pustaka
     Nirwana Yenny Dwi Jayanti (2012) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Kemampuan Berbicara Melalui Bermain Drama dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SDN Lemujut Kecamatan Krembug Kabupaten Sidoarjo. Penelitian ini menghasilkan bahwa Kemampuan berbicara merupakan kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Berbicara tidak hanya mengenai mengungkapkan saja namun juga bagaimana mengungkapkan  hal ini sesuai dengan bahasa dan pengucapan bunyi-bunyi bahasa tersebut. Kemampuan berbicara meliputi berbagai macam materi salah satunya yaitu bermain drama. Bermain drama merupakan suatu bentuk kemampuan berbicara yang terdapat dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Drama berhubungan dengan bermain peran. Bermain peran hampir sama dengan percakapan. Hanya saja, dalam percakapan seseorang memerankan diri sendiri masing-masing, sedangkan dalam bermain peran seseorang memerankan orang lain Penelitian ini dilaksanakan sesuai rumusan masalah yang ada yaitu untuk mendeskripsikan kemampuan berbicara dan kemampuan memerankan drama siswa.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Data penelitian berupa hasil penilain berbicara siswa kelas V SDN Lemujut Kecamatan Krembung Kabupaten Sidoarjo. Sumber datanya adalah video kegiatan bermain drama yang kemudian dinilai dengan tabel kemampuan berbicara siswa. Adapun jumlah siswa adalah 27 anak. Data dikumpulkan peneliti sebagai instrumen kunci dibantu guru kelas dengan cara memberikan tugas membuat naskah drama dan siswa memerankan drama pendek yang dibuat secara kelompok.
Hasil penelitian dapat dipaparkan sebagai berikut . Untuk pelafalan 96 rata-rata siswa kelas V SDN Lemujut artinya dianggap sudah mampu melafalkan dengan baik dan benar. Untuk nada/ irama rata-rata siswa kelas V SDN Lemujut mendapatkan nilai 61 yang artinya termasuk dalam cukup mampu berbicara Bahasa Indonesia dengan nada/irama yang benar. Nilai rata-rata yang di dapat siswa Kelas V SDN Lemujut untuk pilihan kata yaitu 70, artinya termasuk mampu berbicara Bahasa Indonesia dengan baik dan benar dengan pilihan kata yang benar. Tekanan mendapatkan nilai 71 dianggap cukup sesuai dan durasi mendapatkan nilai 94 yang dianggap sudah sesuai. Untuk intonasi saat berbicara untuk siswa kelas V SDN Lemujut masih banyak yang kurang sesuai intonasi saat berbicara. nialai rata-rata yang didapat yaitu 67 untuk siswa kelas V SDN Lemujut, yang artinya termasuk cukup mampu berbicara Bahasa Indonesia dengan intonasi yang benar. Ketepatan sasaran juga sudah efektif penggunaan kalimatnya dengan nilai rata-rata 85. Segi kelancaran rata-rata yang didapat untuk siswa Kelas V ini yaitu 81 dan sikap mendapatkan 78. Keterbukaan mendapatkan nilai 94, penalaran 75, penguasaan topik 74, dan  Sedangkan untuk kenyaringan suara semua siswa sudah nyaring dan terdengar dengan baik dengan mendapatkan nilai rata-rata 100. Untuk pandangan mata siswa kelas V mendapatkan rata-rata 67 yang artinya cukup sesuai pandangan mata yang ditujukan kepada lawan bicara. Nilai rata-rata yang didapat siswa untuk mimik/ ekpresi yaitu 61 yang artinya cukup mampu berekspresi yang benar walaupun masih terdapat kekurangan dari beberapa siswa.
Berdasarkan penelitian ini, peneliti mengajukan saran untuk guru mata pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar, peneliti selanjutnya, dan pengembang kurikulum. Kepada guru mata pelajaran disarankan untuk lebih banyak memberikan latihan berbicara bagi siswa agar mereka dapat mengembangkan kemampuan berbahasanya. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk melakukan penelitian yang serupa sebagai bahan perbandingan.
·         Sirat, Muhammad (2017) dalam penelitiannya dengan judul Pengembangan Media Permainan Ular Tangga Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Materi Mendiskripsikan Tumbuhan atau Binatang Sekitar secara Sederhana Berdasarkan Ciri-Cirinya pada Kelas II SD Prajjan Camplong Madura. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan suatu produk berupa media pembelajaran yang layak dan efektif untuk digunakan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia materi mendeskripsikan ciri-ciri hewan atau tumbuhan yang diterapkan di kelas II SDN Prajjan Camplong Sampang Madura. Media permainan ular tangga merupakan media yang dipilih untuk dikembangkan sebagai media pembelajaran karena jika hanya dengan menggunakan buku paket maka pembelajaran dirasakan kurang bervariasi dan kurang inovatif sehingga materi yang disampaikan kurang bisa diterima oleh siswa. Pengembangan media ular tangga dilakukan dengan menggunakan model pengembangan R&D Borg and Gall dalam Sugiyono (2010:409). Instrumen pengumpulan data menggunakan angket, wawancara, observasi dan tes. Hasil validasi yang diperoleh dari ahli materi I mendapatkan persentase nilai rata-rata sebesar 97,5%, ahli materi II sebesar 80%, ahli media I sebesar 90% dan ahli media II sebesar 75%. Sedangkan uji coba perseorangan pada siswa memperoleh nilai rata-rata sebesar 92,97% dan uji coba kelompok kecil sebesar 88,39%. Pada analisis hasil tes, pre-test mendapatkan nilai rata-rata 61,93% dan post-test mendapatkan nilai rata-rata 91,82%, dan dengan menggunakan perhitungan uji-t didapatkan thitung sebesar 4,87, jika dibandingkan dengan ttabel yang didapatkan dari db=28-1=27 dengan taraf signifikansi 5% akan didapatkan ttabel sebesar 2,045, maka thitung lebih besar dari pada ttabel, yakni 4,87 > 2,045. Berdasarkan hasil analisis data validasi dan tes, maka dapat disimpulkan bahwa media permainan ular tangga mata pelajaran Bahasa Indonesia materi mendeskripsikan tumbuhan atau binatang secara sederhana, layak dan efektif bagi siswa kelas II SDN Prajjan Camplong Madura.
1.      PEMBAHASAN
Pembahasan pada penelitian ini menghasilkan langkah-langkah pembelajaran keterampilan berbicara pada pementasan drama menggunakan permainan ular tangga. Menciptakan pembelajaran yang menarik dan tidak monoton bagi siswa tidak mudah, karena harus menggunakan media yang menarik minat siswa. Materi berbicara pada keterampilan berbicara terdapat pada silabus KTSP jenjang SMP, dengan SK 6 “Mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan bermain peran” dan KD 6.1  Bermain peran sesuai dengan naskah yang ditulis siswa.
Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan persaan kepada lawan bicara. Siswa ternyata banyak yang kesulitan untuk berbicara di depan karena kurang percaya diri pada siswa. Selain itu, siswa tidak percaya diri ketika harus berbicara di depan bermain peran pada materi drama. Hal itu, membuat siswa mata pelajaran tentang drama merupakan materi yang menakutkan karena harus bisa bermain peran tokoh karena siswa dituntut untuk bermain peran dalam drama jika ingin mendaptkan nilai. Guru pada materi drama tersebut hanya menggunakan metode pembelajaran role play yang dinilai siswa membosankan bahkan tidak menarik karena siswa ditutut harus bisa bermain peran dengan benar. Adanya permasalahan tersebut, maka perlu solusi untuk memecahkan masalah tersebut agar tujuan dari pembelajaran bisa tercapai dengan mengguanakan media yang menarik siswa. 
Dalam permainan ular tangga, terdapat satu buah kertas yang didalamnya terdapat beberapa tangga dan ular sebagai syarat bermainnya. Selain itu juga ada sebuah dadu yang dimainkan dengan cara dilempar untuk menentukan berapa langkah pemain harus melangkah. Permainan ini bisa digunakan sebagai media pembelajaran berbagai bidang ilmu. Salah satunya yaitu untuk media pembelajaran bahasa Indonesia. Media ini sangat membantu dalam proses pembelajaran karena media ini dapat mengulang dan mengingat kembali pelajaran yang telah disampaikan guru sebelumnya, sehingga dapat meningkatkan daya ingat siswa terhadap materi pelajaran. media permainan ular tangga dapat diberikan dalam rangka menstimulasi berbagai bidang pengembangan seperti kognitif, bahasa dan sosial. Keterampilan bahasa yang dapat distimulasi melalui permainan ini misalnya kosakata naik turun, ke atas dan ke bawah. Maka tidak salah jika seorang guru menggunakan permainan ini sebagai media pembelajaran.
Langkah pertama untuk penerapan media ular tangga dalam pembelajaran keterampilan berbicara pada bermain peran pada pementasan drama yaitu:
1.       Guru menjelaskan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu dengan permainan ular tangga dengan menghubungkannya ke dalam SK 6 Mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan bermain peran, KD 6.1  Bermain peran sesuai dengan naskah yang ditulis siswa.
2.      Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok dan menjelaskan aturan mainnya. Semua siswa mendapat giliran untuk bermain ular tangga. Terdapat 1 buah dadu dan beberapa bidak dan semua pemain memulai dari nomor 1.
3.      Pada saat gilirannya, siswa melempar dadu dan dapat memajukan bidaknya sesuai dengan hasil lemparan dadu.
4.      Bila siswa mendapat angka 6 dari pelemparan dadu, maka dapat melepar dadu sekali lagi.
5.      Dalam setiap angka terdapat soal yang berisi siswa memerankan tokoh yang harus perankan oleh siswa tergantung berhentinya bidak. Soal diambil dari amplop yang sudah ada, pertanyaan berdasarkan   KD 6.1 Bermain peran sesuai dengan naskah yang ditulis siswa.
6.      Jika jawaban tidak sesui atau tidak bisa menjawab siswa diberi hukuman diminta untuk memerankan satu karakter tokoh yang ditentukan oleh lawan.
7.      Jika bidak berakhir pada tangga, maka bidak naik dan siswa terbebas dari pertanyaan.
8.      Jika bidak berakhir pada ular, maka bidak turun dan siswa mendapat pertanyaan tambahan dari lawan.
9.      Jika ada tanda bintang, siswa boleh melihat catatan untuk menjawab pertanyaan. Jika ada tanda love, siswa boleh memilih pertanyaan dari nomor mana saja, dan jika ada tanda smile, maka siswa terbebas dari pertanyaan.
10.  Bagi siswa yang terlebih dahulu menang atau sampai pada bidak terakhir, akan mendapat penghargaan dari guru, dan team yang kalah akan mendapatkan hukuman dari lawan, baik bernyanyi, berjoged, ataupun lainnya.
Kelebihan media ular tangga dalam pembelajaran keterampilan berbicara bermain peran dalam drama:
1)      Media ini sangat efektif untuk belajar bermain peran.
2)      Dapat menarik minat belajar siswa karena bewarna warni dan terdapat gambar.
3)      Melatih kerjasama dalam kelompok.
4)      Media ini praktis, ekonomis, dan mudah dimainkan.
5)      Melatih kognitif siswa saat menjumlahkan dadu.
6)      Melatih psikomotorik saat bermain peran.
Kelemahan media ular tangga dalam pembelajaran keterampilan berbicara bermain peran dalam drama:
1)      Tanpa adanya pengawasan dari guru, siswa bisa asik sendiri memainkan permainan ini tanpa memperhatikan materi pelajaran dan tidak dapat menyerap materi pelajaran.
2)      Tidak cocok digunakan untuk kelas dengan jumlah siswa yang banyak.
3)      Keadaan kelas akan menjadi rebut dan kurang terkontrol karena kurangnya pengawasan dari guru.

4.      PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan makalah tersebut dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran sangat penting untuk membangun minat siswa untuk belajar. Media yang digunakan harus menarik, efektif dan efesien. Hal tersebut, dilakukan karena untuk membangun kembali minat belajar siswa. Permainan ular tangga merupakan salah satu permainan tradisional namun sangat mendunia. Media pembelajaran dengan permainan ular tangga dapat menarik minat belajar siswa terutama pada mata pelajaran bahasa Indonesia materi drama dengan bermain peran berdasarkan permainan ular tangga. Siswa SMP masih suka bermain, dengan media permainan ular tangga dapat memberikan dalam rangka menstimulasi berbagai bidang pengembangan seperti kognitif, bahasa, dan sosial. Media dengan permainan ular tangga perlu dilakukan untuk membuat siswa tertarik lagi dengan materi tentang drama drama sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai.   
Saran
Guru sebagai seorang yang berhak mengelola pembelajaran sebaiknya menggunakan media yang tidak monoton dan jangan menggunakan media yang membuat siswa merasa takut dengan mata pelajaran. Guru menggunakan media yang menarik, efektif, dan efisien. Media yang digunakan terdapat permainan tetapi tujuan pembelajaran masih bisa dilaksanakan tanpa membuat siswa tegang dan takut dengan pembelajaran tersebut.

Daftar Pustaka
Arsjad, Maider G. dan Mukti, U.S. 1993. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Budianta, Melainie, dkk. 2002. Membaca sastra. Magelang: Indonesiatera..
Degeng, I Nyoman Sudana. 1989. Ilmu Pengajaran Taksonomi Variabel. Depdikbud,Dikti, P2LPTK. Jakarta.
Haryadi, 1994. Pengantar Berbicara.Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.
Nirwana, Yeni Dwi Jayanti. 2012. Analisis Kemampuan Berbicara Melalui Bermain Drama dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SDN Lemujut Kecamatan Krembug Kabupaten Sidoarjo. Skripsi. Malang: Universitas Negeri Malang.
Sadiman, Arief S. Rahardjo, R. dkk. 2008. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatanya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sirat, Muhammad (2017). Pengembangan Media Permainan Ular Tangga Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Materi Mendiskripsikan Tumbuhan atau Binatang Sekitar secara Sederhana Berdasarkan Ciri-Cirinya pada Kelas II SD Prajjan Camplong Madura. Jurnal. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Sukiman. 2012. Pengembngan Media Pembelajaran. Yogyakarta: Pedagogia.
Tarigan, Djogo, dan Henry Guntur Tariga. 1990. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
Tarigan, Henry Guntur. 1983. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Berbicara. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis sebagai sesuatu keterampilan berbahasa. Bandung: Angkas.

metamorfosa kesuksesan

Pena yang Dipungut Ayahku Menjadikanku Seorang Sarjana

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Keluarga, Cerpen Pendidikan
Lolos moderasi pada: 5 September 2017
 
Berawal dari pelulusan di SMA ku, di hari itu semua jantung penuh debar aliran darah sangat cepat mengalir rasa cemas melanda semua murid kelas 12, tapi semua masih bisa melampiaskan rasa cemas mereka kepada orangtua mereka yang turut serta hadir dalam kegiatan pelulusan itu, dan hanya akulah yang tidak didampingi oleh kedua orangtuaku.
Ayahku hanya berpesan kepadaku untuk memberi tanda di depan pintu rumah lulus atau tidaknya aku dalam menempuh sekolah di SMA, pesan itu sangat unik dan membuatku sadar akan apa yang akan terjadi bila keputusan kelulusan sudah dibacakan, ayah berkata: jika kamu lulus nak gantunglah baju seragammu di depan pintu tapi kalo tidak lulus gantunglah sayur daun ubi di depan pintu, itu menandakan bahwa kamu harus berjualan sayur keliling. Karena aku lulus sayur daun ubi yang sudah saya siapkan saya masak sendiri dan baju seragam sudah saya gantung di depan pintu, saya sudah tau kabar ayah dan ibu saya akan pulang tepat pukul 03:00 sore.
Oh iya telalu jauh cerita yang sudah kalian baca tanpa tau siapa saya, nama saya adalah ASM saya terlahir di keluarga sederhana dengan pekerjaan ayah pedangang somay di MTs yang ada di kotaku, adik aku dua dan semua masih sekolah, di sinilah aku berpikir untuk tidak melajutkan pendidikanku di jenjang kuliah karena kasian adik adikku, tapi tidak ayahku berbeda pendapat denganku, ayahku Hanya lulusan SD dan ingin aku melanjutkan sekolah ke tingkat perguruan tinggi yang ada di kotaku, saya mengajukan pertanyaan kepada ayahku “lantas siapa yang mau bayar uang kuliahku…?” itu kataku, ayah ku menjawab pertanyaanku dengan aneh seperti kebiasaan bahwa ayahku susah ditebak orangnya, “sekolah itu di mana mana hanya pake pena kok kamu pusing, kecuali kalo sekolah tidak pake pena lagi itu baru saya pusing” kata ayahku, aku tambah pusing dengan jawaban yang aku tidak paham sedikit pun, tapi aku iyakan saja apapun yang terjadi aku terima keputusanya.
Pendaftaran pun dimulai dan tenyata ayahku berutang kepada orang untuk pendaftaranku. Hari pertama kuliah ayahku berkata “kamu lihat gelas kosong di atas meja itu, gelas itu akan berisi pena dan tidak akan pernah kosong karana sekolah hanya butuh pena iya kan” aku hanya tersenyum sambil berpikir maksudnya apa ya?,
Nah sekarang aku sudah semester tujuh persiapan pengajuan judul skripsi, kebiasaan teman kuliah penaku itu suka hilang dipinjamlah tidak dikembalian atau tercecer, tapi tenang di gelas kosong di rumah ada banyak pena yang disediakan ayahku, aku mengajukan judul tentang pedangang kaki lima (PKL). yang aku teliti itu adalah ayahku sendiri, dan di situ baru aku tau bahwa pena yang ada di gelas yang selalu aku ambil bila penaku hilang adalah pena yang dipungut ayahku di tempat sampah ketika dia pulang berjualan di MTs, dia mendatangi semua tempat sampah yang ada di setiap kelas memilih yang masih bisa digunakan, di sinilah aku sadar bahwa pena yang dipungut ayahku bisa menjadikanku sarjana, dan betul kata dia bahwa sekolah itu hanya butuh pena.
Dengan tidak sadar aku berlari memeluknya dan mengatakan berhenti ayah mencari pena di tempat sampah pena di rumah masih cukup untuk menjadikan aku seorang sarjana, aku sarjana karena pena yang dipungut ayahku. 

 http://cerpenmu.com/cerpen-keluarga/pena-yang-dipungut-ayahku-menjadikanku-seorang-sarjana.html

sepucuk syair

GELISAH


Gelap malam penuh kesunyian
Lamunan jauh menerawang angkasa
Membukakan pintu-pintu mimpi
Menyibakan tirai-tirai kegalauan jiwa
Bias keremangan memudarkan kasih
Memutar hati menguak arti ilusi
Memedarkan beribu warni cahaya
Membayang menjauh dari arah cita
Katak merengek ikut meresah
Menggugah hati kala gelisah
Air hujan menetes berduka
Membasah bumi ikut bersedih
Gema kegundahan kian bertalu
Gemercik air melantun irama nan merdu
Berhembus angin membelai lembut
Gemerisik suara daun menghibur
Membangkit menggugah kalbu
Meliuk menari rumput nan ayu
Melambai perlahan seolah mengajak
Melepas duka menjemput cinta
Merayu bernyanyi kerinduan
Menyongsong esok akan kebahagiaan

http://www.ufroog.com/puisi-kehidupan.html

Bedah Lagu Didi Kempot

Analisis Wacana Lirik Lagu “ Parangtritis” Dan “ Layang Kangen” karya Didi Kempot Dengan Aspek Gramatikal Dan Leksikal

 BAB I PENDAHULUAN 
1.1 Latar Belakang 
Lagu yang ada di Indonesia pada masa kini sudah semakin modern karena perkembangan zaman. Lagu zaman dulu sampai sekarang perkembangannya sangat pesat seiring dengan perkembangan zaman. Lirik lagu kebanyakan menceritakan tentang masyarakat baik dari segi sosial maupun agama, namun ada juga yang menceritakan tentang perasaan seseorang yang masih termasuk menceritakan tentang kehidupan masyarakat. Cerita yang ada di dalam lirik lagu yang masih ada kaitannya dengan masyarakat tidak hanya tentang permasalahan kehidupan yang terlihat real saja tetapi ada juga tentang permasalahan perasaan yang dialami oleh masyarakat. Adanya lagu tersebut masyarakat akan memahami permasalahan–permasalahan yang ada di lingkungan sekitarnya. Selain itu, masyarakat yang menikmati lagu juga dapat memahami makna yang ada di dalam lirik lagu yang dinikmatinya. Lagu yang dapat dinikmati oleh semua orang tidak lepas dari pencipta lagu itu sendiri. Pencipta lagu biasanya menciptakan lagu karena mendapatkan inspirasi dari sesorang atau penciptanya yang mengalami permasalahan sendiri kemudian dijadikan sebuah lagu yang dapat dinikmati oleh semua orang. Seni adalahhasil inspirasi manusia yang tidak terikat oleh apaun (Mochtar Lubis dalam Suriasumantri, 1993:106). Seseorang yang menciptakan lagu tidak lepas dari diri pencipta yang mempunyai jiwa seni atau hobi dalam menciptakan lagu maupun gemar dalam musik, namun seseorang dapat menciptakan lagu yang dapat dinikmati oleh semua orang terkadang tidak harus mempunyai jiwa seni dalam diri penciptanya. Hal ini karena, pencipta yang menciptakan lirik lagu tanpa memiliki jiwa seni hanya membuat lirik lagu dengan modal iseng atau untuk mengisi waktunya yang kosong yang terkadang lagu yang dia ciptakan bisa dikenal oleh semua orang. Lagu di Indonesia mempunyai beberapa macam aliran seperti rock, pop, dangdut, campursari.isi yang terkandung atau yang diceritakan bermacam-macam dari percintaan, penghianatan, persahabatan, permusuhan, perjuangan, dan tentang politik sosial yang ada di Indonesia. Pencipta dari bebrapa aliran tersebut berbeda-beda tergantung dengan aliran yang penciptanya miliki. Pencipta lagu rock seperti band Slank, lagu pop seperti Chrisye, dangdut oleh Roma Irama, dan pada aliran campursari oleh Didi Kempot. Lagu selain memiliki bermacam-macam alirannya, lagu juga mempunyai macam-macam fungsinya seperti lagu nasional atau kebangsaan, lagu rohani, lagu hiburan. Lagu nasional akan banyak menceritakan tentang perjuangan bangsa Indonesia semasa dijajah oleh bangsa Belanda misalnya lagu Indonesia Raya, syukur, Garuda Pancasila dan basih banyak lagi. Pada lagu rohani yang menceritakan seputar keagamaan dari masyarakat, dan lagu hiburan yang digunakan untuk pesta maupun hanya untuk menghibur hati semata, misalnya lagu hiburan sebagai berikut Cinta (pop: D’Bagindas), Goyang Dumai (dangdut:Cita-cutata), dan lagu campursari yang kebanyakan menggunakan bahasa jawa misalnya (pokoke melu: Didi Kempot). Wacana yang padu adalah wacana yang apabila dilihat dari segi hubungan makna atau struktur lahir bersifat kohesif, dan dilihat dari segi hubungan makna dan struktur batinnya bersifat koheren. ( Menurut Halliday dan Hasan (1976:6) membagi kohesi menjadi dua jenis, yaitu kohesi gramatikal (grammatical cohesion) dan kohesi leksikal (lexical cohesion). Analisis wacana, segi bentuk atau struktur lahir wacana disebut asapek gramatikal wacana, sedangkan segi makna atau struktur batin wacana disebut aspek leksikal wacana. Secara lebih rinci: Analisis aspek gramatikal wacaana meliputi: Pengacuan (reference), penyulihan (substitution), pelesapan (ellipsis), perangkaian (conjunction). (Hallidaydan Hasan, 1976:6; Sumarlan 1996:66, Baryadi, 2001:10). Berdasarkan deskripsi di atas penulis akan menganalisis salah satu macam jenis lagu hiburan pada lagu campursari karya Didi Kempot yang berjudul Parangtritis dan Layang Kangen. Penulis melakukan analisis dengan menggunakan kohesi gramatikal. Aspek gramatikal yaitu analisis wacana dari segi bentuk atau struktur lahir wacana. 
1.2 Rumusan Masalah 
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan menjadi berbagai rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana analisis aspek gramatikal dan leksikal pada lirik lagu “ Parangtritis”? 
2. Bagaimana analisis aspek gramatikal dan leksikal pada lirik lagu “Layang Kangen”? 
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka penilitian ini bertujuan untuk: 
1. Mengidentifikasi analisis dari aspek gramatikal dan lekskal pada lirik lagu “Parangtritis”. 
2. Mengidentifikasi analisis dari aspek gramatikal dan leksikal pada lirik lagu “ Layang Kangen”. 
1.4 Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, manfaat yang ingin dicapai penulis dalam menganalisis lirik lagu “Parangtritis” dan Layang Kangen” dengan menngunakan aspek Gramatikal dan Leksikal ini meliputi manfaat teoretis dan praktis sebagai berikut: 
1. Manfaat Teoretis Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah kepustakaan analisi wacana di bidang aspek Gramatikal dan Leksikal. Selain itu juga sebagai sumbangan berharga bagi perkembangan teori aspek Gramatikal dan Leksikal. 
2. Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pengajaran di sekolah khusunya bidang analisis wacana. 
 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIS 
2.1 Kajian Pustaka 
        Pancatan pertama yang digunakan sebagai telaah penulis adalah penelitian yang dilakukan oleh Gani Yola Damayanti dan Willy Chandra, tahun 2007, dengan judul “Campursari ala Didi Kempot: Perempuan dan Laki-laki Jawa Mendobrak Patriarki”. Hasil penelitiannya adalah sebagai berikut: Penelitian ini dilatarbelakangi oleh ketertarikan peneliti pada fenomenacampursari -musik etnik Jawa baru- yang sekitar tahun 2000 dipopulerkan oleh Didi Kempot –asal Solo, Jawa Tengah. Lagu Campursari -teks dalam analisa studi Semiotika- kaya akan kode–kode sosial yang dapat menggambarkan perempuan dan laki-laki Jawa. Berangkat dari stereotip kultural, Didi kempot tidak hanya merepresentasikan laki-laki Jawa yang tenang, kalem dan tidak suka konflik, namun ia menghadirkan gambaran laki-laki yang ( sama seperti perempuan ) juga mengutamakan perasaan. Masih berada dibawah payung budaya Patriarki, perempuan berusaha mendobrak ideologi patriarki yang mebayang - bayanginya. Melalui lagu-lagunya, perempuan jawa digambarkan semakin berani dalam menentukan sikapnya. Kata kunci: Gambaran, Teks, Budaya Jawa, Patriarki. Adapun pancatan kedua yang digunakan sebagai telaah penulis adalah penelitian yang dilakukan oleh Putra Anung Tiara, tahun 2008, dengan judul “Wacana lirik lagu pop jawa karya Didi Kempot (analisis gramatikal, leksikal, dan kontekstual)”. Hasil penelitiannya adalah sebagai berikut: Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, antara lain adalah: (1) Bagaimanakah analisis gramatikal wacana pada lirik lagu pop Jawa karya Didi Kempot? (2) Bagaimanakah analisis leksikal wacana pada lirik lagu pop Jawa karya Didi Kempot ? (3) Bagaimanakah konteks wacana yang terdapat pada lagu pop Jawa karya Didi Kempot ? Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mendeskripsikan analisis gramatikal wacana pada Lagu pop Jawa karya Didi Kempot. (2) Mendeskripsikan analisis leksikal wacana pada Lagu pop Jawa karya Didi Kempot. (3) Menjelaskan konteks wacana pada Lagu pop Jawa karya Didi Kempot. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian di Kota Surakarta. Data penelitian berupa data tulis. Sumber data tulis berasal dari dari lirik lagu yang terdapat dalam CD MP3 lagu-lagu karya Didi Kempot yang kemudian ditransipsikan dalam bentuk tulis. Metode penyediaan data menggunakan metode simak dengan menggunakan teknik dasar sadap dan teknik lanjut adalah teknik catat. Selain itu juga digunakan teknik wawancara untuk melengkapi data terutama pada analisis kontekstual wacana. Populasi penelitian mencakup semua lagu pop bahasa Jawa karya Didi Kempot. Pengambilan sampel dengan teknik acak (randoom sampling). Teknik analisis data yang digunakan adalah metode agih dan metode padan. Berdasarkan hasil analisis data yang penulis lakukan dapat disimpulkan : (1) Berdasarkan unsur atau piranti wacana aspek gramatikal yaitu pengacuan persona bentuk bebas, pengacuan persona bentuk terikat, pengacuan demonstratif temporal, pengacuan demonstratif lokasional, pengacuan komparatif, subtitusi nominal, subtitusi verbal, subtitusi frasal, pelesapan, dan konjungsi, maka yang paling dominan digunakan dalam lirik lagu pop Jawa karya Didi Kempot ialah pengacuan pesona bentuk terikat, dan pelesapan. (2) Berdasarkan unsur atau piranti wacana aspek leksikal yaitu repetisi epizeuksis, repetisi tautotes, repetisi anafora, repetisi epistrofa, repetisi simploke, repetisi mesodiplosis, repetisi epanalepsis, repetisi utuh, sinonimi morfm bebas dengan morfem terikat, sinonimi kata dengan kata, sinonimi kata dengan frasa, sinonimi klausa dengan klausa, kolokasi, hiponimi, antonimi oposisi kutub, dan ekuivalensi, maka yang paling dominan digunakan dalam lirik lagu pop Jawa karya Didi Kempot ialah repetisi anafora, kolokasi (sanding kata), dan hiponimi (hubungan atas bawah). (3) Berdasarkan kelima prinsip penafsiran konteks wacana, maka hasil analisis kontekstual wacana lirik lagu pop Jawa karya Didi Kempot adalah sebagai berikut. (a) Berdasarkan prinsip penafsiran personal lagu Dolanan Dhakon dan Ceplok Piring di dalamnya hanya terdapat satu pelibat wacana, sedangkan keenam lagu lainnya terdapat dua pelibat wacana. (b) Berdasarkan prinsip penafsiran lokasional lagu Bapak dan Kalung Emas tidak tampak jelas setting lokasinya, sedangkan keenam lagu lainnya tampak jelas. (c) Berdasarkan prinsip penafsiran temporal, lagu Kalung Emas tidak tampak setting waktunya, sedangkan ketujuh lagu lainnya tampak jelas setting waktunya. (d) Prinsip analogi ternyata tidak terdapat dalam lagu Layang Kangen, sedangkan ketujuh lagu lainnyaterdapat prinsib analogi ini. (e) Inferensi pada lagu Gedhang Goreng dan Entek Tangisku hanya terdapat satu inferensi saja, sedangkan keenam lagu lainnya terdapat lebih dari dua inferensi. 2.2 Kerangka Teoretis 2.2.1 Makna lagu Parangtritis dan Layang Kangen a. Lagu Parangtritis Laki-laki menyimpan semua permasalahan batinnya di dalam hati. Laki-laki tidak ingin mengungkapkan secara verbal. Laki-laki Jawa tidak suka konflik, ia akan mencoba mendinginkan atau menenangkan bibit-bibit konflik. Mereka memilih lebih baik diam daripada bertengkar dan ramai ribut. Mereka mempunyai “gengsi” atau ego untuk mengungkapkan yang sebenarnya. Konflik terbuka bukan opsi yang dipilih oleh lelaki Jawa karena mereka menginginkan ketentraman. Pilihan kata-kata, seperti: “kenangan”, “kelangan”, “netes eluh ning pipiku”, “kelingan”, “nelangsa neng ati”, menunjukkan betapa semua persoalan hati disimpan baik-baik di dalam hati dan pikiran mereka. Hati dan pikiran adalah tempat dimana laki-laki bisa jujur apa adanya dengan kelemahan mereka. Dalam lagu Sewu Kutha[i], laki-laki mengungkapkan kelemahannya (yang diungkapkan dalam hatinya). b. Layang Kangen Layang kangen menceritakan tentang seorang laki-laki yang berada ditempat yang jauh dari kekasihnya (istri) karena sang suami sedang bekerja. Pada suatu hari sang istri mengirimkan surat kepada suaminya bahwa ia merindukan, suami membaca surat tersebut dengan meneteskan air matanya. Suami juga rindu kepada istrinya tetapi keadaan yang belum bisa menentukan dan suami menyuruh untuk menunggunya. 2.2.2 Profil Didi Kempot Didi Prasetyo (Didi Kempot) Kenekatan Seorang Anak Pelawak Sumber gambar : kapanlagi.com Nama : Didi Prasetyo (Didi Kempot) TTL : Surakarta, 31 Desember 1966 Perjalan karier tidaklah harus dengan harta kekayaan tetapi dengan kenekatan dan keberanian,seperti yang di alami oleh seniman kita yang satu ini Didi Prasetyo atau lebih dikenal dengan Didi Kempot merupakan artis campur sari yang sangat terkenal dan mungkin akan menjadi legenda. Didi kempot merupakan artis kebanggan kota Solo. Didi kempot merupakan anak dari Ranto Edi Gudel (almarhum) atau sering disebut mbah Gudel yang merupakan seniman lawak Srimulat yang cukup kawakan, dan Didi Kempot masih mempunyai hubungan saudara dengan Mamiek Podang yang juga pelawak Srimulat. Didi Kempot ternyata mengawali karier dengan mengamen, Ia memang sangat terkenal dengan kenekatan, bandel, dan berani. Ia mulai mengamen sejak kelas 3 SMP, Sebagai seorang anak Pelawak yang sedang Berjaya keadaan ekonomi Didi sangat berada, menurutnya mengamen merupakan alat tes mental. Dan gitar pertama yang Ia miliki merupakan buah dari kebandelanya, Didi rela menjual sepedanya untuk membeli gitar seharga Rp.4000. Dan didipun mulai merantau ke ibu kota Jakarta. 2.2.3 Toeri aspek Gramatikal dan Leksikal Aspek Gramatikal wacana adalah analisis wacana mengenai segi bentuk atau struktur lahir wacana ( sumarlan, 2003:23). Analisis aspek gramatikal wacana ada beberapa macam Pengacuan (reference), penyulihan (substitution), pelesapan (ellipsis), perangkaian (conjunction). Pada pengacuan dibagi menjadi tiga yaitu: pengacuan percona, pengacuan demonstratif, pengacuan komparatif. Pada penyulihan dapat dibagi menjadi empat yaitu: substitusi nominal, substitusi verbal, substitusi frasal, dan substitusi klausal. Aspek leksikal adalah hubungan antara unsur dalam wacana secar semantik. Analisis aspek leksikal wacana ada beberapa macam yaitu repetisi yang dibagi menjadi delapan, yaitu Repetisi Epizeuksis, Repetisi Tautotes, Repetisi Anaphora, Repetisi Epistrofa, Repetisi Simploke, Repetisi Mesodiplosis, Repetisi Epanalepsis, Repetisi Anadiplosis. Macam aspek leksikal lainnya yaitu sinonimi, antonimi, kolokasi, dan hiponimi. 
BAB 3 METODE PENELITIAN 
3.1 Pendekatan Penelitian 
Di dalam penelitian ini penulis menggunakan aspek Gramatikal. Aspek Gramatikal wacana adalah analisis wacana mengenai segi bentuk atau struktur lahir wacana ( sumarlan, 2003:23). Analisis aspek gramatikal wacaana meliputi: Pengacuan (reference), penyulihan (substitution), pelesapan (ellipsis), perangkaian (conjunction).
 3.2 Data dan Sumber Data Penelitian
 Data yang hendak dikumpulkan dalam penelitian ini adalah dari lirik lagu yang berjudul “Parangtritis” dan “Layang Kangen”. Data ini sebagai penguat bahwa opini penulis tentang usaha-usaha dari pencipta yang sedang merindukan orang yang dicintainya dan wanita yang menjadi kenangan, semua menceritakan kisah cintanya pencipta lagu tersebut.. Data-data tersebut diperoleh dari sumber data (populasi) lirik lagu “ Parangtritis”dan “Layang Kangen” karya Didi Kempot. 
 3.3 Metode Pengumpulan Data 
3.3.1 Teknik Pengumpulan Data Penyediaan data dilakukan dengan teknik mendengarkan dan mengamati. Penulis mendengarkan lagu yang akan dianalisis yaitu lagu Parangtritis dan Layang kangen karya Didi Kempot kemudian mengamati satu – satu dari lirik lagu tersebut dan penulis mulai menemukan data analisis dari lagu yang menceritakan kisah cinta yang berpusat pada kerinduan pada kekasihnya. 
3.4 Teknik Analisis Data 
Dalam analisis data penulis menggunakan dua tahapan yaitu tahap analisis data dan tahap penafsiran data. Tahap yang pertama adalah tahap analisis data yaitu dengan cara penulis mendengarkan lagu Parangtritis dan Layang Kangen serta mencermati satu-satu lirik lagu tersebut,, sehingga pada saat penulis menemukan data yang kiranya mendukung penelitian maka data tersebut diambil kemudian ditafsirkan. Tahap yang kedua adalah tahap penafsiran data. Pada tahap ini penulis sudah memiliki bahan yang akan dianalisis beruap data penlitian yang diambil dari sumber data penelitian. Ketika penulis telah mengumpulkan data penelitian disini yang diperlukan adalah terjemahan dari lirik lagu Parangtritis dan Layang Kangen karya Didi Kempot karena lagu tersebut dalam bentuk bahasa jawa yang menceritakan tentang cerita cinta dan kerinduan. Kemudian data tersebut ditafsirkan mengandung makna apa dalam lirik lagu yang digunakan sebagai data penelitian tersebut. 
BAB 4 ANALISIS DAN SINTESIS 
A. Analisis Aspek Gramatikal “Parangtritis” 
Aspek Gramatikal wacana adalah analisis wacana mengenai segi bentuk atau struktur lahir wacana ( sumarlan, 2003:23). Analisis aspek gramatikal wacaana lirik lagu “Parangtritis” meliputi: Pengacuan (reference), penyulihan (substitution), pelesapan (ellipsis), perangkaian (conjunction). 1. Penagcuan (Referansi) Pengacuan atau referensi salah satujenis kohesi gramatika yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain yang mendahului atau mengikutinya. Dalam analisis wacana lagu “Parangtritis” terdapat tiga jenis pengacuan, yaitu pengacuan persona, pengacuan demonstratif, dan pengacuan komparatif. a. Pengacuan Persona Pengacuan persona dapat direalisasika melalui pronomina persona (kata ganti orang), yang meliputi persona pertama, kedua, ketiga, dan ketiga baik jamak maupun tunggal. Pada lagu Parangtritis ditemukan dua pronomina, yaitu (1) pronomina persona pertama tunggal, dan (2) pronominal kedua tunggal. Pronomina pertama dan pronominal kedua tunggal bentuk bebas: aku, kowe yang terdapat pada kutipan berikut: (1) Yen eling aku kepengin nangis (III, 2) ‘Kalau ingat aku ingin nangis’ (2) Yen eling kowe reneo gelis ‘Kalau ingat kamu cepatlah ke sini’ (II, 3) Pronomina pertama dan pronomina kedua tunggal lekat kanan –mu pada kutipan berikut: (3) Ra nyono ra ngiro, janjimu jebul mung lamis (I, 4) Tak terduga tak terkira, janjimu ternyata dusta Pada kutipan (1) pronomina pertama tunggal bentuk bebas bebas aku. Sementara itu, pronomina persona kedua tunggal bentuk bebas kowe ‘kamu’(2) dan pronomina kedua tunggal bentuk terikat kanan –mu (3) mengacu pada kekasih pencipta dari lagu tersebut yang diceritakan dalam lirik lagu tentang percintaan dari kerinduan pencipta lagu dengan kekasihnya. b. Pengacuan Demonstratif Pengacuab Demonstratif merupakan pengacuan kata ganti penunjuk. Pengacuan ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pronomina demonstratif waktu (netral) dan pronomina demonstratif tempat (agak dekat dengan penutur), tempat (menunjukkan secara eksplisit). Pada lirik lagu Parangtritis hanya ditemukan pronomina waktu netral, temapat agak dekat dengan penutur, tempat menunjukkan secara eksplisit, waktu kini. Seperti pada kutipan berikut: (4) Rasane kepengin nagis yen kelingan parangtritis (I, 1) ‘Rasanya ingin menangis kalau ingat parangtritis’ (5) Naliko udah gerimis rebo wengi malem kemis (I, 3) ‘Sewaktu hujan gerimis rabu malam – malam kamis’ (6) Parangtritis (II, 1) ‘Parangtritis’ (7) Neng kono ono wong manis (II, 2) Di situ ada orang (wanita) manis (8) Isih kelingan tekan seprene (III, 4) ‘Masih teringat sampai sekarang’ Pada kutipan (4) terdapat pronomina demonstratif pada lirik lagu Parangtritis yang menunjukkan tempat secara eksplisit yaitu Parangtritis. Pada kutipan (5) terdapat pronomina demonstratif pada lirik lagu Parangtritis menunjukkan netral yaitu wengi dan malem (malam). Pada kutipan (6) terdapat pronomina demonstratif pada lirik lagu Parangtritis menunjukkan tempat secara eksplisit yaitu Parangtritis. Pada kutipan (7) terdapat pronomina demonstratif pada lirik lagu Parangtritis menujukkan tempat agak dekat dengan penutur yaitu kono ‘situ’. Pada kutipan (8) terdapat pronomina demonstratif pada lirik lagu Parangtritis menunjukkan waktu kini yaitu seprene (sekarang). c. Pengacuan komparatif Pengacuan Komparatif adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang bersifat membandingkan dua hal atau lebih yang mempunyai kemiripan atau kesamaan dari segi bentuk atau wujud sikap, watak, sifat, perilaku. Kata-kata yang digunakan untuk membadingkan, yaitu seperti , bagai, bagaikan, laksana, sama dengan, tidak berbeda dengan, persis seperti, dan persis sama dengan. Lagu “Parangtritis” hanya ditemukan satu kata, yaitu kaya “seperti”, pada kutipan berikut: (9) Rasane koyo diiris (I, 2) ‘Rasanya seperti diiris’ Pada kutipan (9) kata ‘kaya’ (seperti) mengacu pada perbandingan persamaan antara rasane koyo diiris “rasanya seperti diiris” dengan rasane kepengin nanges yen kelingan Parangtritis (4). 2. Pelesapan Pelesapan atau ellipsis adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa penghilangan satuan lingual tertentu yag telah disebutkan sebelumnya. Pada wacana lagu Parangtritis ditemukan pelesapan pada kutipan berikut: (10) a. Rasane *kepengin nangis yen kelingan parangtritis (I, 1) ‘Rasanya* ingin menangis kalau ingat parangtritis’ b. Rasane aku kepengin nangis yen kelingan parangtritis ‘Rasanya aku ingin menangis kalau ingat parangtritis’ (11) a. Rasane *koyo diiris (I, 2) ‘Rasanya* seperti diiris’ b. Rasane aku koyo diiris ‘Rasanya aku seperti diiris’ (12) a.* Isih kelingan tekan seprene (III, 4) ‘*Masih teringat sampai sekarang’ b. Aku Isih kelingan tekan seprene ‘Aku Masih teringat sampai sekarang’ Pada kutipan (10), (11), (12) terjadi pelesapan berupa kata aku. Pelesapan itu berfungsi sebagai subjek atau pelaku tindakan. Hal ini menunjukkan bahwa denagn terjadinya peristiwa pelesapan tersebut akan menjadi kutipan yang efektif, efesien. 3. Perangkaian Perangkaian (konjungsi) adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang dilakukan dengan cara menghubungkan unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam wacana. Unsur yang dirangkaikan dapat berupa satuan lingual kata, frasa, klausa, kalimat, dan dapat juga berupa unsur yang lebih besar dari itu, misalnya alinea dengan pemarkah lanjutan, dan topik pembicaraan dengan pemarkah alih topik atau pemerkah disjungtif. Dilihat dari segi maknanya pun, perangkaian unsur dalam wacana mempunyai bermacam-macam makna. Namun, dalam Lirik lagu Parangtritis tidak dutemukan. 
B. Aspek Lesikal Lirik Lagu “Parangtritis” 
Aspek leksikal adalah hubungan antara unsur dalam wacana secar semantik. Dalam analisis aspek leksikal untuk menandai koherensi pada lagu Parangtritis terdapat dua penanda, yaitu repetisi (perulangan), sebagai berikut: 1. Repetisi (perulangan) Repetisi (perulangan) adalah pengulangan satuan lingual (bunyi, suku kata, kata, atau bagian kalimat) yang dianggap penting untuk member tekanan dalam sebuahkonteks yang sesuai (sumarlan, 2003:34). Hasil analisi lirik lagu Parangtritis menunjukkan bahwa terdapat repetisi utuh, sebagai berikut: a. Repetisi Utuh Repetisi utuh adalah pengulangan satuan lingualyang berupa kalimat. Dalam lirik lagu Parangtritis ditemukan repetisi utuh pada bagian bait kedua dan ketiga, yaitu pada kalimat Parangtritis ‘Parangtritis’ Neng kono ono wong manis ‘Di situ ada orang (wanita) manis’. Seperti pada kutipan berikut: (13) Parangtritis (II, 1) Parangtritis (14) Neng kono ono wong manis (II, 2) Di situ ada orang (wanita) manis (15) Parangtritis (II, 4) Parangtritis (16) Neng kono ono wong manis (III, 1) Di situ ada orang (wanita) manis. 
C. Aspek Gramatikal lirik lagu “Layang Kangen” Aspek Gramatikal wacana adalah analisis wacana mengenai segi bentuk atau struktur lahir wacana ( sumarlan, 2003:23). Analisis aspek gramatikal wacaana lirik lagu “Layang Kangen” meliputi: Pengacuan (reference), penyulihan (substitution), pelesapan (ellipsis), perangkaian (conjunction). 1. Penagcuan (Referansi) Pengacuan atau referensi salah satujenis kohesi gramatika yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain yang mendahului atau mengikutinya. Dalam analisis wacana lagu “Layang Kangen” terdapat tiga jenis pengacuan, yaitu pengacuan persona, pengacuan demonstratif, dan pengacuan komparatif. a. Pengacuan Persona Pengacuan persona dapat direalisasika melalui pronomina persona (kata ganti orang), yang meliputi persona pertama, kedua, ketiga, dan ketiga baik jamak maupun tunggal. Pada lagu Layang Kangen dutemukan dua pronomina, yaitu (1) pronomina persona pertama tunggal, dan (2) pronominal kedua tunggal. Pronomina pertama dan pronominal kedua tunggal bentuk bebas: aku, yang terdapat pada kutipan berikut: (17) Iki ugo mesti enggal bali (II,2) (18) Percoyo aku, kuatno atimu (IV,1) Pronomina pertama dan pronomina kedua tunggal lekat kanan –mu, -ku pada kutipan berikut: (19) Wis tak woco opo karepe atimu (I, 2) (20) Trenyuh ati iki mocao tulisanmu (I, 3) (21) Umpomo tanganku dadi suwiwi (II, 1) (22) Ning kepriye maneh mergo kahananku (II, 3) (23) Cah ayu entenono tekaku (II, 4) (24) Cah ayu entenono tekaku (IV, 2) Pada kutipan (17) dan (18) pronominal pertama tunggal bentuk bebas aku dan pronominal pertama tunggal bentik terikat kanan –ku pada tanganku, tekaku, (21), (22), (23), dan (24) merupakan pengacuan bersifat eksoforis, karena yang diacu berada di luar teks, yaitu penulis lagu Didi Kempot atau orang yang sadang dirindukan. Pronomina persona kedua tunggal bentuk lekat kanan –mu pada atimu, tulisanmu (19) dan (20) mengacu pada seseorang yang sedang dirindukan oleh pengarang yaitu Didi Kempot merupakan pengacuan bersifat eksoforis karena yang diacu berada diluar teks. a. Penacuan Demontratif Pengacuan Demonstratif merupakan pengacuan kata ganti penunjuk. Pengacuan ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pronomina demonstratif waktu (temporal) dan pronomina demonstratif tempat. Pada lirik lagu Layang Kangen hanya ditemukan pronomina waktu lampau. Seperti pada kutipan berikut: (25) Layangmu tak tompo wingi kuwi (I, 1) Pada kutipan (25) terdapat pronomina demonstratif wingi “kemarin” yang mengacu pada waktu lampau karena tidak menunjukkan waktu netral, waktu kini, atau waktu yang akan datang. a. Pengacuan Komparatif Pengacuan komparatif adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang bersifat membandingkan dua hal atau lebih yang mempunyai kemiripan atau kesamaan dari segi bentuk atau wujud sikap, watak, sifat, perilaku. Kata-kata yang digunakan untuk membadingkan, yaitu seperti , bagai, bagaikan, laksana, sama dengan, tidak berbeda dengan, persis seperti, dan persis sama dengan. Namun dalam lirik lagu Layang Kangen tidak ditemukan pengacuan Komparatif karena dari lirik tersebut tidak dijumapi oleh kata –kata yang mendukung adanya perbandingan. 2. Pelesapan Pelesapan atau ellipsis adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa penghilangan satuan lingual tertentu yag telah disebutkan sebelumnya. Pada wacana lagu Layang Kangen ditemukan pelesapan pada kutipan berikut: (26) a. Ra kroso netes eluh ning pipi (I, 4) ‘tak tersa meneteskan air mata dipipiku’ a. Ra krasa aku netes eluh ning pipi ‘tak terasa aku meneteskan air mata dipipiku’ (27) a. Adoh bojo pingin turu ora merem ‘Jauh dari istri ingin tidur susah terlelap’ b.Adoh bojo aku pingin turu ora merem ‘jauh dari istri aku ingin tidur susah terlelap’ (28) a. Ra kepethuk sawetoro pingin weruh ‘tak bertemu sementar ingin melihat’ b.Ra kepethuk sawetoro aku pingin weruh ‘tak bertemu sementara aku ingin melihat’ Pada kutipan (26), (27),(28) terjadi pelesapan berupa kata aku. Pelesapan itu berfungsi sebagai subjek atau pelaku tindakan. Hal ini menunjukkan bahwa denagn terjadinya peristiwa pelesapan tersebut akan menjadi kutipan yang efektif, efesien. 3. Perangkaian Perangkaian (konjungsi) adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang dilakukan dengan cara menghubungkan unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam wacana. Unsur yang dirangkaikan dapat berupa satuan lingual kata, frasa, klausa, kalimat, dan dapat juga berupa unsur yang lebih besar dari itu, misalnya alinea dengan pemarkah lanjutan, dan topic pembicaraan dengan pemarkah alih topic atau pemerkah disjungtif. Dilihat dari segi maknanya pun, perangkaian unsur dalam wacana mempunyai bermacam-macam makna. Lirik lagu Layang Kangen mempunyai satu konjungsi yaitu konjungsi mergo (karena), dapat dilihat pada kutipan berikut: (29) Ning kepriye maneh, mergo kahananku (II, 3) ‘Tapi bagaimana lagi, karena keadaanku’ Kunjungsi mergo (karena) pada (13) berfungsi menghubungkan secara koorsinatif antara klausa yang berada di sebelah kiri untuk menyatakan hubungan sebab-akibat hubungan klausa antara klausa berikutnya yaitu kahananku sebagai sebab. 
D. Aspek Leksikal lirik lagu “Layang Kangen” 
Aspek leksikal adalah hubungan antara unsur dalam wacana secar semantic. Dalam analisis aspek leksikal untuk menandai koherensi pada lagu Layang Kangen terdapat satu penanda, yaitu repetisi (perulangan) 1. Repetisi (perulangan) Repetisi (perulangan) adalah pengulangan satuan lingual (bunyi, suku kata, kata, atau bagian kalimat) yang dianggap penting untuk member tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai (sumarlan, 2003:34). Hasil analisi lirik lagu Parangtritis menunjukkan bahwa terdapat repetisi epistfora, sebagai berikut: a. Repetisi epistfora Repetisi epistfora adalah pengulangan satuan lingual kata atau frasa pada akhir baris (dalam puisi) atau akhir kalimat (dalam prosa) secara berturut-turut. Analisis lirik lagu Layang Kangen menunjukkan repetisi epistfora pada kata cah ayu, entenono tekaku ‘Wahai kau cantik, tunggu kedatanganku’ pada bait kedua dan ketiga. Seprti pada kutipan berikut ini: (30) Cah ayu, entenono tekaku (II, 4) ‘Wahai kau cantik, tunggu kedatanganku’ (31) Cah ayu, entenono tekaku (IV, 2) ‘Wahai kau cantik, tunggu kedatanganku’ Simpulan Analisi wacana pada lirik lagu “Parangtritis” dan “ Layang Kangen” yang diciptakan oleh seorang yang mempunyai seni yakni Didi Kempot. Kedua lagu tersebut diciptakan oleh dia dan dinyanyikan olehnya. Didi Kempot menciptakan lagu ini berdasarkan pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain seperti temannya yang ia buat lagu. Didi Kempot berharap dengan diciptakan lagu tersebut dapat menginspirasi banyak orang. Lirik lagu dari Parangtritis dan Layang Kangen yang diciptakan Didi Kempot menceritakan tentang kisah percintaan dimana kerinduan yang tidak dapat ditahan lagi sampai meneteskan air mata. Kedua lagu tersebut mempunyai kesamaan tentang kerinduan, tetapi pada Layang Kangen ceritanya sepasang kekasih yang saling merindukan. Sebaliknya dengan Parangtritis yang menahan rindu kepada kekasihnya (wanita) tetapi sang kekasih hanya memberikan janji palsu kepda pasangannya dan pantai Parangtritis yang menjadi kenangan terindahnya. Analisis wacana tersebut dikategorikan sebagai wacana bersifat naratif. Analisis internal pada lagu Parangtritis dan Layang Kangen dalam aspek gramatikal ditemukan pengacuan yang dibagi menjadi tiga yakni pengacuan persona, pengacuan demonstratif, pengacuan komparati, pelesapan, dan penrangkaian. 
DAFTAR PUSTAKA 
Putra Anung Tiara.2008. skripsi dengan judul “Wacana lirik lagu pop jawa karya Didi Kempot (analisis gramatikal, leksikal, dan kontekstual). Surakarta. UNS-FSSR Jur. Sastra Daerah. Gani Yola Damayanti, Willy Chandra. 2007. Penelitian teks dengan judul Sumarlan,dkk.2003. Teori dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta. Pustaka cakra. http://www.slideshare.net/septianraha/biografi-seniman-indonesia. Selasa 21 juni 2016 pukul 16.10 WIB. http:// pank5redup.heck.in/lirik—lagu-jawa-artinya-didi-kempot-layang.xhtml. Selasa 21 juni 2016 pukul 16.10 WIB. http:www.kamus lrik.com/parangtritis-didi-kempot. Selasa 21 juni 2016 pukul 16.10 WIB. https://yolagani.wordpress,com/2007/11/23/campursari-ala-didi-kempot-perempuan-dan-laki-laki-jawa-mendobrak-patriarki Selasa 21 juni 2016 pukul 16.10 WIB. 
Lampiran 
Lirik Lagu Parangtritis Rasane kepengin nangis yen kelingan parangtritis Rasanya ingin menangis kalau ingat parangtritis Rasane koyo diiris Rasanya seperti diiris Naliko udah gerimis rebo wengi malem kemis Sewaktu hujan gerimis rabu malam – malam kamis Ra nyono ra ngiro, janjimu jebul mung lamis Tak terduga tak terkira, janjimu ternyata dusta Parangtritis Parangtritis Neng kono ono wong manis Di situ ada orang (wanita) manis Yen eling kowe reneo gelis Kalau ingat kamu cepatlah ke sini Parangtritis Parangtritis Neng kono ono wong manis Di situ ada orang (wanita) manis Yen eling aku kepengin nangis Kalau ingat aku ingin nangis Ombak gede katon ngawe-awe Ombak besar seperti melambai Nelongso neng ati rasane Sedih di hati rasanya Ombak gede, sing dadi seksine Ombak besar, yang jadi saksinya Isih kelingan tekan seprene Masih teringat sampai sekarang Lirik Lagu Layang Kangen Layangmu tak tompo wingi kuwi Suratmu ku terima kemarin itu Wis tak woco opo karepe atimu Sudah kubaca apa keinginanmu Trenyuh ati iki moco tulisanmu Tersentuh hati ini membaca tulisanmu Ra kroso netes eluh ning pipiku Tak terasa menetes air mata di pipiku Umpomo tanganku dadi suwiwi Seandainya tanganku menjadi sayap Iki ugo aku mesti enggal bali Ini juga aku harus cepat pulang Ning kepriye maneh, mergo kahananku Tapi bagaimana lagi, karena keadaanku Cah ayu, entenono tekaku Wahai kau cantik, tunggu kedatanganku Reff: Ra maido sopo wong sing ora kangen Bukan mengeluh siapa yang tidak rindu Adoh bojo pingin turu angel merem Jauh dari istri ingin tidur susah terlelap Ra maido sopo wing sing ora trenyuh Bukan mengeluh siapa yang tidak tersentuh Ra kepethuk sawetoro pingin weruh Tak bertemu sementara ingin melihat Percoyo aku, kuatno atimu Percaya padaku, kuatkan hatimu Cah ayu, entenono tekaku Wahai cantik, tunggu kedatanganku