Pena yang Dipungut Ayahku Menjadikanku Seorang Sarjana
Cerpen Karangan: Anang Satria Metere
Kategori: Cerpen Keluarga, Cerpen Pendidikan
Lolos moderasi pada: 5 September 2017
Kategori: Cerpen Keluarga, Cerpen Pendidikan
Lolos moderasi pada: 5 September 2017
Berawal dari pelulusan di SMA ku, di hari itu semua jantung penuh
debar aliran darah sangat cepat mengalir rasa cemas melanda semua murid
kelas 12, tapi semua masih bisa melampiaskan rasa cemas mereka kepada
orangtua mereka yang turut serta hadir dalam kegiatan pelulusan itu, dan
hanya akulah yang tidak didampingi oleh kedua orangtuaku.
Ayahku hanya berpesan kepadaku untuk memberi tanda di depan pintu
rumah lulus atau tidaknya aku dalam menempuh sekolah di SMA, pesan itu
sangat unik dan membuatku sadar akan apa yang akan terjadi bila
keputusan kelulusan sudah dibacakan, ayah berkata: jika kamu lulus nak
gantunglah baju seragammu di depan pintu tapi kalo tidak lulus
gantunglah sayur daun ubi di depan pintu, itu menandakan bahwa kamu
harus berjualan sayur keliling. Karena aku lulus sayur daun ubi yang
sudah saya siapkan saya masak sendiri dan baju seragam sudah saya
gantung di depan pintu, saya sudah tau kabar ayah dan ibu saya akan
pulang tepat pukul 03:00 sore.
Oh iya telalu jauh cerita yang sudah kalian baca tanpa tau siapa
saya, nama saya adalah ASM saya terlahir di keluarga sederhana dengan
pekerjaan ayah pedangang somay di MTs yang ada di kotaku, adik aku dua
dan semua masih sekolah, di sinilah aku berpikir untuk tidak melajutkan
pendidikanku di jenjang kuliah karena kasian adik adikku, tapi tidak
ayahku berbeda pendapat denganku, ayahku Hanya lulusan SD dan ingin aku
melanjutkan sekolah ke tingkat perguruan tinggi yang ada di kotaku, saya
mengajukan pertanyaan kepada ayahku “lantas siapa yang mau bayar uang
kuliahku…?” itu kataku, ayah ku menjawab pertanyaanku dengan aneh
seperti kebiasaan bahwa ayahku susah ditebak orangnya, “sekolah itu di
mana mana hanya pake pena kok kamu pusing, kecuali kalo sekolah tidak
pake pena lagi itu baru saya pusing” kata ayahku, aku tambah pusing
dengan jawaban yang aku tidak paham sedikit pun, tapi aku iyakan saja
apapun yang terjadi aku terima keputusanya.
Pendaftaran pun dimulai dan tenyata ayahku berutang kepada orang untuk pendaftaranku. Hari pertama kuliah ayahku berkata “kamu lihat gelas kosong di atas meja
itu, gelas itu akan berisi pena dan tidak akan pernah kosong karana
sekolah hanya butuh pena iya kan” aku hanya tersenyum sambil berpikir
maksudnya apa ya?,
Nah sekarang aku sudah semester tujuh persiapan pengajuan judul
skripsi, kebiasaan teman kuliah penaku itu suka hilang dipinjamlah tidak
dikembalian atau tercecer, tapi tenang di gelas kosong di rumah ada
banyak pena yang disediakan ayahku, aku mengajukan judul tentang
pedangang kaki lima (PKL). yang aku teliti itu adalah ayahku sendiri,
dan di situ baru aku tau bahwa pena yang ada di gelas yang selalu aku
ambil bila penaku hilang adalah pena yang dipungut ayahku di tempat
sampah ketika dia pulang berjualan di MTs, dia mendatangi semua tempat
sampah yang ada di setiap kelas memilih yang masih bisa digunakan, di
sinilah aku sadar bahwa pena yang dipungut ayahku bisa menjadikanku
sarjana, dan betul kata dia bahwa sekolah itu hanya butuh pena.
Dengan tidak sadar aku berlari memeluknya dan mengatakan berhenti
ayah mencari pena di tempat sampah pena di rumah masih cukup untuk
menjadikan aku seorang sarjana, aku sarjana karena pena yang dipungut
ayahku.
http://cerpenmu.com/cerpen-keluarga/pena-yang-dipungut-ayahku-menjadikanku-seorang-sarjana.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar