Analisis Wacana Lirik Lagu “ Parangtritis” Dan “ Layang Kangen” karya Didi Kempot
Dengan Aspek Gramatikal Dan Leksikal
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lagu yang ada di Indonesia pada masa kini sudah semakin modern karena perkembangan zaman. Lagu zaman dulu sampai sekarang perkembangannya sangat pesat seiring dengan perkembangan zaman. Lirik lagu kebanyakan menceritakan tentang masyarakat baik dari segi sosial maupun agama, namun ada juga yang menceritakan tentang perasaan seseorang yang masih termasuk menceritakan tentang kehidupan masyarakat.
Cerita yang ada di dalam lirik lagu yang masih ada kaitannya dengan masyarakat tidak hanya tentang permasalahan kehidupan yang terlihat real saja tetapi ada juga tentang permasalahan perasaan yang dialami oleh masyarakat. Adanya lagu tersebut masyarakat akan memahami permasalahan–permasalahan yang ada di lingkungan sekitarnya. Selain itu, masyarakat yang menikmati lagu juga dapat memahami makna yang ada di dalam lirik lagu yang dinikmatinya.
Lagu yang dapat dinikmati oleh semua orang tidak lepas dari pencipta lagu itu sendiri. Pencipta lagu biasanya menciptakan lagu karena mendapatkan inspirasi dari sesorang atau penciptanya yang mengalami permasalahan sendiri kemudian dijadikan sebuah lagu yang dapat dinikmati oleh semua orang. Seni adalahhasil inspirasi manusia yang tidak terikat oleh apaun (Mochtar Lubis dalam Suriasumantri, 1993:106). Seseorang yang menciptakan lagu tidak lepas dari diri pencipta yang mempunyai jiwa seni atau hobi dalam menciptakan lagu maupun gemar dalam musik, namun seseorang dapat menciptakan lagu yang dapat dinikmati oleh semua orang terkadang tidak harus mempunyai jiwa seni dalam diri penciptanya. Hal ini karena, pencipta yang menciptakan lirik lagu tanpa memiliki jiwa seni hanya membuat lirik lagu dengan modal iseng atau untuk mengisi waktunya yang kosong yang terkadang lagu yang dia ciptakan bisa dikenal oleh semua orang.
Lagu di Indonesia mempunyai beberapa macam aliran seperti rock, pop, dangdut, campursari.isi yang terkandung atau yang diceritakan bermacam-macam dari percintaan, penghianatan, persahabatan, permusuhan, perjuangan, dan tentang politik sosial yang ada di Indonesia. Pencipta dari bebrapa aliran tersebut berbeda-beda tergantung dengan aliran yang penciptanya miliki. Pencipta lagu rock seperti band Slank, lagu pop seperti Chrisye, dangdut oleh Roma Irama, dan pada aliran campursari oleh Didi Kempot.
Lagu selain memiliki bermacam-macam alirannya, lagu juga mempunyai macam-macam fungsinya seperti lagu nasional atau kebangsaan, lagu rohani, lagu hiburan. Lagu nasional akan banyak menceritakan tentang perjuangan bangsa Indonesia semasa dijajah oleh bangsa Belanda misalnya lagu Indonesia Raya, syukur, Garuda Pancasila dan basih banyak lagi. Pada lagu rohani yang menceritakan seputar keagamaan dari masyarakat, dan lagu hiburan yang digunakan untuk pesta maupun hanya untuk menghibur hati semata, misalnya lagu hiburan sebagai berikut Cinta (pop: D’Bagindas), Goyang Dumai (dangdut:Cita-cutata), dan lagu campursari yang kebanyakan menggunakan bahasa jawa misalnya (pokoke melu: Didi Kempot).
Wacana yang padu adalah wacana yang apabila dilihat dari segi hubungan makna atau struktur lahir bersifat kohesif, dan dilihat dari segi hubungan makna dan struktur batinnya bersifat koheren. ( Menurut Halliday dan Hasan (1976:6) membagi kohesi menjadi dua jenis, yaitu kohesi gramatikal (grammatical cohesion) dan kohesi leksikal (lexical cohesion). Analisis wacana, segi bentuk atau struktur lahir wacana disebut asapek gramatikal wacana, sedangkan segi makna atau struktur batin wacana disebut aspek leksikal wacana. Secara lebih rinci: Analisis aspek gramatikal wacaana meliputi: Pengacuan (reference), penyulihan (substitution), pelesapan (ellipsis), perangkaian (conjunction). (Hallidaydan Hasan, 1976:6; Sumarlan 1996:66, Baryadi, 2001:10).
Berdasarkan deskripsi di atas penulis akan menganalisis salah satu macam jenis lagu hiburan pada lagu campursari karya Didi Kempot yang berjudul Parangtritis dan Layang Kangen. Penulis melakukan analisis dengan menggunakan kohesi gramatikal. Aspek gramatikal yaitu analisis wacana dari segi bentuk atau struktur lahir wacana.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan menjadi berbagai rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana analisis aspek gramatikal dan leksikal pada lirik lagu “ Parangtritis”?
2. Bagaimana analisis aspek gramatikal dan leksikal pada lirik lagu “Layang Kangen”?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka penilitian ini bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi analisis dari aspek gramatikal dan lekskal pada lirik lagu “Parangtritis”.
2. Mengidentifikasi analisis dari aspek gramatikal dan leksikal pada lirik lagu “ Layang Kangen”.
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, manfaat yang ingin dicapai penulis dalam menganalisis lirik lagu “Parangtritis” dan Layang Kangen” dengan menngunakan aspek Gramatikal dan Leksikal ini meliputi manfaat teoretis dan praktis sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah kepustakaan analisi wacana di bidang aspek Gramatikal dan Leksikal. Selain itu juga sebagai sumbangan berharga bagi perkembangan teori aspek Gramatikal dan Leksikal.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pengajaran di sekolah khusunya bidang analisis wacana.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIS
2.1 Kajian Pustaka
Pancatan pertama yang digunakan sebagai telaah penulis adalah penelitian yang dilakukan oleh Gani Yola Damayanti dan Willy Chandra, tahun 2007, dengan judul “Campursari ala Didi Kempot: Perempuan dan Laki-laki Jawa Mendobrak Patriarki”. Hasil penelitiannya adalah sebagai berikut: Penelitian ini dilatarbelakangi oleh ketertarikan peneliti pada fenomenacampursari -musik etnik Jawa baru- yang sekitar tahun 2000 dipopulerkan oleh Didi Kempot –asal Solo, Jawa Tengah. Lagu Campursari -teks dalam analisa studi Semiotika- kaya akan kode–kode sosial yang dapat menggambarkan perempuan dan laki-laki Jawa. Berangkat dari stereotip kultural, Didi kempot tidak hanya merepresentasikan laki-laki Jawa yang tenang, kalem dan tidak suka konflik, namun ia menghadirkan gambaran laki-laki yang ( sama seperti perempuan ) juga mengutamakan perasaan. Masih berada dibawah payung budaya Patriarki, perempuan berusaha mendobrak ideologi patriarki yang mebayang - bayanginya. Melalui lagu-lagunya, perempuan jawa digambarkan semakin berani dalam menentukan sikapnya. Kata kunci: Gambaran, Teks, Budaya Jawa, Patriarki.
Adapun pancatan kedua yang digunakan sebagai telaah penulis adalah penelitian yang dilakukan oleh Putra Anung Tiara, tahun 2008, dengan judul “Wacana lirik lagu pop jawa karya Didi Kempot (analisis gramatikal, leksikal, dan kontekstual)”. Hasil penelitiannya adalah sebagai berikut: Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, antara lain adalah: (1) Bagaimanakah analisis gramatikal wacana pada lirik lagu pop Jawa karya Didi Kempot? (2) Bagaimanakah analisis leksikal wacana pada lirik lagu pop Jawa karya Didi Kempot ? (3) Bagaimanakah konteks wacana yang terdapat pada lagu pop Jawa karya Didi Kempot ? Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mendeskripsikan analisis gramatikal wacana pada Lagu pop Jawa karya Didi Kempot. (2) Mendeskripsikan analisis leksikal wacana pada Lagu pop Jawa karya Didi Kempot. (3) Menjelaskan konteks wacana pada Lagu pop Jawa karya Didi Kempot. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian di Kota Surakarta. Data penelitian berupa data tulis. Sumber data tulis berasal dari dari lirik lagu yang terdapat dalam CD MP3 lagu-lagu karya Didi Kempot yang kemudian ditransipsikan dalam bentuk tulis. Metode penyediaan data menggunakan metode simak dengan menggunakan teknik dasar sadap dan teknik lanjut adalah teknik catat. Selain itu juga digunakan teknik wawancara untuk melengkapi data terutama pada analisis kontekstual wacana. Populasi penelitian mencakup semua lagu pop bahasa Jawa karya Didi Kempot. Pengambilan sampel dengan teknik acak (randoom sampling). Teknik analisis data yang digunakan adalah metode agih dan metode padan. Berdasarkan hasil analisis data yang penulis lakukan dapat disimpulkan : (1) Berdasarkan unsur atau piranti wacana aspek gramatikal yaitu pengacuan persona bentuk bebas, pengacuan persona bentuk terikat, pengacuan demonstratif temporal, pengacuan demonstratif lokasional, pengacuan komparatif, subtitusi nominal, subtitusi verbal, subtitusi frasal, pelesapan, dan konjungsi, maka yang paling dominan digunakan dalam lirik lagu pop Jawa karya Didi Kempot ialah pengacuan pesona bentuk terikat, dan pelesapan. (2) Berdasarkan unsur atau piranti wacana aspek leksikal yaitu repetisi epizeuksis, repetisi tautotes, repetisi anafora, repetisi epistrofa, repetisi simploke, repetisi mesodiplosis, repetisi epanalepsis, repetisi utuh, sinonimi morfm bebas dengan morfem terikat, sinonimi kata dengan kata, sinonimi kata dengan frasa, sinonimi klausa dengan klausa, kolokasi, hiponimi, antonimi oposisi kutub, dan ekuivalensi, maka yang paling dominan digunakan dalam lirik lagu pop Jawa karya Didi Kempot ialah repetisi anafora, kolokasi (sanding kata), dan hiponimi (hubungan atas bawah). (3) Berdasarkan kelima prinsip penafsiran konteks wacana, maka hasil analisis kontekstual wacana lirik lagu pop Jawa karya Didi Kempot adalah sebagai berikut. (a) Berdasarkan prinsip penafsiran personal lagu Dolanan Dhakon dan Ceplok Piring di dalamnya hanya terdapat satu pelibat wacana, sedangkan keenam lagu lainnya terdapat dua pelibat wacana. (b) Berdasarkan prinsip penafsiran lokasional lagu Bapak dan Kalung Emas tidak tampak jelas setting lokasinya, sedangkan keenam lagu lainnya tampak jelas. (c) Berdasarkan prinsip penafsiran temporal, lagu Kalung Emas tidak tampak setting waktunya, sedangkan ketujuh lagu lainnya tampak jelas setting waktunya. (d) Prinsip analogi ternyata tidak terdapat dalam lagu Layang Kangen, sedangkan ketujuh lagu lainnyaterdapat prinsib analogi ini. (e) Inferensi pada lagu Gedhang Goreng dan Entek Tangisku hanya terdapat satu inferensi saja, sedangkan keenam lagu lainnya terdapat lebih dari dua inferensi.
2.2 Kerangka Teoretis
2.2.1 Makna lagu Parangtritis dan Layang Kangen
a. Lagu Parangtritis
Laki-laki menyimpan semua permasalahan batinnya di dalam hati. Laki-laki tidak ingin mengungkapkan secara verbal. Laki-laki Jawa tidak suka konflik, ia akan mencoba mendinginkan atau menenangkan bibit-bibit konflik. Mereka memilih lebih baik diam daripada bertengkar dan ramai ribut. Mereka mempunyai “gengsi” atau ego untuk mengungkapkan yang sebenarnya. Konflik terbuka bukan opsi yang dipilih oleh lelaki Jawa karena mereka menginginkan ketentraman. Pilihan kata-kata, seperti: “kenangan”, “kelangan”, “netes eluh ning pipiku”, “kelingan”, “nelangsa neng ati”, menunjukkan betapa semua persoalan hati disimpan baik-baik di dalam hati dan pikiran mereka. Hati dan pikiran adalah tempat dimana laki-laki bisa jujur apa adanya dengan kelemahan mereka. Dalam lagu Sewu Kutha[i], laki-laki mengungkapkan kelemahannya (yang diungkapkan dalam hatinya).
b. Layang Kangen
Layang kangen menceritakan tentang seorang laki-laki yang berada ditempat yang jauh dari kekasihnya (istri) karena sang suami sedang bekerja. Pada suatu hari sang istri mengirimkan surat kepada suaminya bahwa ia merindukan, suami membaca surat tersebut dengan meneteskan air matanya. Suami juga rindu kepada istrinya tetapi keadaan yang belum bisa menentukan dan suami menyuruh untuk menunggunya.
2.2.2 Profil Didi Kempot
Didi Prasetyo (Didi Kempot) Kenekatan Seorang Anak Pelawak Sumber gambar : kapanlagi.com Nama : Didi Prasetyo (Didi Kempot) TTL : Surakarta, 31 Desember 1966 Perjalan karier tidaklah harus dengan harta kekayaan tetapi dengan kenekatan dan keberanian,seperti yang di alami oleh seniman kita yang satu ini Didi Prasetyo atau lebih dikenal dengan Didi Kempot merupakan artis campur sari yang sangat terkenal dan mungkin akan menjadi legenda. Didi kempot merupakan artis kebanggan kota Solo. Didi kempot merupakan anak dari Ranto Edi Gudel (almarhum) atau sering disebut mbah Gudel yang merupakan seniman lawak Srimulat yang cukup kawakan, dan Didi Kempot masih mempunyai hubungan saudara dengan Mamiek Podang yang juga pelawak Srimulat. Didi Kempot ternyata mengawali karier dengan mengamen, Ia memang sangat terkenal dengan kenekatan, bandel, dan berani. Ia mulai mengamen sejak kelas 3 SMP, Sebagai seorang anak Pelawak yang sedang Berjaya keadaan ekonomi Didi sangat berada, menurutnya mengamen merupakan alat tes mental. Dan gitar pertama yang Ia miliki merupakan buah dari kebandelanya, Didi rela menjual sepedanya untuk membeli gitar seharga Rp.4000. Dan didipun mulai merantau ke ibu kota Jakarta.
2.2.3 Toeri aspek Gramatikal dan Leksikal
Aspek Gramatikal wacana adalah analisis wacana mengenai segi bentuk atau struktur lahir wacana ( sumarlan, 2003:23). Analisis aspek gramatikal wacana ada beberapa macam Pengacuan (reference), penyulihan (substitution), pelesapan (ellipsis), perangkaian (conjunction). Pada pengacuan dibagi menjadi tiga yaitu: pengacuan percona, pengacuan demonstratif, pengacuan komparatif. Pada penyulihan dapat dibagi menjadi empat yaitu: substitusi nominal, substitusi verbal, substitusi frasal, dan substitusi klausal.
Aspek leksikal adalah hubungan antara unsur dalam wacana secar semantik. Analisis aspek leksikal wacana ada beberapa macam yaitu repetisi yang dibagi menjadi delapan, yaitu Repetisi Epizeuksis, Repetisi Tautotes, Repetisi Anaphora, Repetisi Epistrofa, Repetisi Simploke, Repetisi Mesodiplosis, Repetisi Epanalepsis, Repetisi Anadiplosis. Macam aspek leksikal lainnya yaitu sinonimi, antonimi, kolokasi, dan hiponimi.
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Di dalam penelitian ini penulis menggunakan aspek Gramatikal. Aspek Gramatikal wacana adalah analisis wacana mengenai segi bentuk atau struktur lahir wacana ( sumarlan, 2003:23). Analisis aspek gramatikal wacaana meliputi: Pengacuan (reference), penyulihan (substitution), pelesapan (ellipsis), perangkaian (conjunction).
3.2 Data dan Sumber Data Penelitian
Data yang hendak dikumpulkan dalam penelitian ini adalah dari lirik lagu yang berjudul “Parangtritis” dan “Layang Kangen”. Data ini sebagai penguat bahwa opini penulis tentang usaha-usaha dari pencipta yang sedang merindukan orang yang dicintainya dan wanita yang menjadi kenangan, semua menceritakan kisah cintanya pencipta lagu tersebut.. Data-data tersebut diperoleh dari sumber data (populasi) lirik lagu “ Parangtritis”dan “Layang Kangen” karya Didi Kempot.
3.3 Metode Pengumpulan Data
3.3.1 Teknik Pengumpulan Data
Penyediaan data dilakukan dengan teknik mendengarkan dan mengamati. Penulis mendengarkan lagu yang akan dianalisis yaitu lagu Parangtritis dan Layang kangen karya Didi Kempot kemudian mengamati satu – satu dari lirik lagu tersebut dan penulis mulai menemukan data analisis dari lagu yang menceritakan kisah cinta yang berpusat pada kerinduan pada kekasihnya.
3.4 Teknik Analisis Data
Dalam analisis data penulis menggunakan dua tahapan yaitu tahap analisis data dan tahap penafsiran data. Tahap yang pertama adalah tahap analisis data yaitu dengan cara penulis mendengarkan lagu Parangtritis dan Layang Kangen serta mencermati satu-satu lirik lagu tersebut,, sehingga pada saat penulis menemukan data yang kiranya mendukung penelitian maka data tersebut diambil kemudian ditafsirkan.
Tahap yang kedua adalah tahap penafsiran data. Pada tahap ini penulis sudah memiliki bahan yang akan dianalisis beruap data penlitian yang diambil dari sumber data penelitian. Ketika penulis telah mengumpulkan data penelitian disini yang diperlukan adalah terjemahan dari lirik lagu Parangtritis dan Layang Kangen karya Didi Kempot karena lagu tersebut dalam bentuk bahasa jawa yang menceritakan tentang cerita cinta dan kerinduan. Kemudian data tersebut ditafsirkan mengandung makna apa dalam lirik lagu yang digunakan sebagai data penelitian tersebut.
BAB 4 ANALISIS DAN SINTESIS
A. Analisis Aspek Gramatikal “Parangtritis”
Aspek Gramatikal wacana adalah analisis wacana mengenai segi bentuk atau struktur lahir wacana ( sumarlan, 2003:23). Analisis aspek gramatikal wacaana lirik lagu “Parangtritis” meliputi: Pengacuan (reference), penyulihan (substitution), pelesapan (ellipsis), perangkaian (conjunction).
1. Penagcuan (Referansi)
Pengacuan atau referensi salah satujenis kohesi gramatika yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain yang mendahului atau mengikutinya. Dalam analisis wacana lagu “Parangtritis” terdapat tiga jenis pengacuan, yaitu pengacuan persona, pengacuan demonstratif, dan pengacuan komparatif.
a. Pengacuan Persona
Pengacuan persona dapat direalisasika melalui pronomina persona (kata ganti orang), yang meliputi persona pertama, kedua, ketiga, dan ketiga baik jamak maupun tunggal. Pada lagu Parangtritis ditemukan dua pronomina, yaitu (1) pronomina persona pertama tunggal, dan (2) pronominal kedua tunggal. Pronomina pertama dan pronominal kedua tunggal bentuk bebas: aku, kowe yang terdapat pada kutipan berikut:
(1) Yen eling aku kepengin nangis (III, 2)
‘Kalau ingat aku ingin nangis’
(2) Yen eling kowe reneo gelis
‘Kalau ingat kamu cepatlah ke sini’ (II, 3)
Pronomina pertama dan pronomina kedua tunggal lekat kanan –mu pada kutipan berikut:
(3) Ra nyono ra ngiro, janjimu jebul mung lamis (I, 4)
Tak terduga tak terkira, janjimu ternyata dusta
Pada kutipan (1) pronomina pertama tunggal bentuk bebas bebas aku. Sementara itu, pronomina persona kedua tunggal bentuk bebas kowe ‘kamu’(2) dan pronomina kedua tunggal bentuk terikat kanan –mu (3) mengacu pada kekasih pencipta dari lagu tersebut yang diceritakan dalam lirik lagu tentang percintaan dari kerinduan pencipta lagu dengan kekasihnya.
b. Pengacuan Demonstratif
Pengacuab Demonstratif merupakan pengacuan kata ganti penunjuk. Pengacuan ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pronomina demonstratif waktu (netral) dan pronomina demonstratif tempat (agak dekat dengan penutur), tempat (menunjukkan secara eksplisit). Pada lirik lagu Parangtritis hanya ditemukan pronomina waktu netral, temapat agak dekat dengan penutur, tempat menunjukkan secara eksplisit, waktu kini. Seperti pada kutipan berikut:
(4) Rasane kepengin nagis yen kelingan parangtritis (I, 1)
‘Rasanya ingin menangis kalau ingat parangtritis’
(5) Naliko udah gerimis rebo wengi malem kemis (I, 3)
‘Sewaktu hujan gerimis rabu malam – malam kamis’
(6) Parangtritis (II, 1)
‘Parangtritis’
(7) Neng kono ono wong manis (II, 2)
Di situ ada orang (wanita) manis
(8) Isih kelingan tekan seprene (III, 4)
‘Masih teringat sampai sekarang’
Pada kutipan (4) terdapat pronomina demonstratif pada lirik lagu Parangtritis yang menunjukkan tempat secara eksplisit yaitu Parangtritis. Pada kutipan (5) terdapat pronomina demonstratif pada lirik lagu Parangtritis menunjukkan netral yaitu wengi dan malem (malam). Pada kutipan (6) terdapat pronomina demonstratif pada lirik lagu Parangtritis menunjukkan tempat secara eksplisit yaitu Parangtritis. Pada kutipan (7) terdapat pronomina demonstratif pada lirik lagu Parangtritis menujukkan tempat agak dekat dengan penutur yaitu kono ‘situ’. Pada kutipan (8) terdapat pronomina demonstratif pada lirik lagu Parangtritis menunjukkan waktu kini yaitu seprene (sekarang).
c. Pengacuan komparatif
Pengacuan Komparatif adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang bersifat membandingkan dua hal atau lebih yang mempunyai kemiripan atau kesamaan dari segi bentuk atau wujud sikap, watak, sifat, perilaku. Kata-kata yang digunakan untuk membadingkan, yaitu seperti , bagai, bagaikan, laksana, sama dengan, tidak berbeda dengan, persis seperti, dan persis sama dengan. Lagu “Parangtritis” hanya ditemukan satu kata, yaitu kaya “seperti”, pada kutipan berikut:
(9) Rasane koyo diiris (I, 2)
‘Rasanya seperti diiris’
Pada kutipan (9) kata ‘kaya’ (seperti) mengacu pada perbandingan persamaan antara rasane koyo diiris “rasanya seperti diiris” dengan rasane kepengin nanges yen kelingan Parangtritis (4).
2. Pelesapan
Pelesapan atau ellipsis adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa penghilangan satuan lingual tertentu yag telah disebutkan sebelumnya. Pada wacana lagu Parangtritis ditemukan pelesapan pada kutipan berikut:
(10) a. Rasane *kepengin nangis yen kelingan parangtritis (I, 1)
‘Rasanya* ingin menangis kalau ingat parangtritis’
b. Rasane aku kepengin nangis yen kelingan parangtritis
‘Rasanya aku ingin menangis kalau ingat parangtritis’
(11) a. Rasane *koyo diiris (I, 2)
‘Rasanya* seperti diiris’
b. Rasane aku koyo diiris
‘Rasanya aku seperti diiris’
(12) a.* Isih kelingan tekan seprene (III, 4)
‘*Masih teringat sampai sekarang’
b. Aku Isih kelingan tekan seprene
‘Aku Masih teringat sampai sekarang’
Pada kutipan (10), (11), (12) terjadi pelesapan berupa kata aku. Pelesapan itu berfungsi sebagai subjek atau pelaku tindakan. Hal ini menunjukkan bahwa denagn terjadinya peristiwa pelesapan tersebut akan menjadi kutipan yang efektif, efesien.
3. Perangkaian
Perangkaian (konjungsi) adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang dilakukan dengan cara menghubungkan unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam wacana. Unsur yang dirangkaikan dapat berupa satuan lingual kata, frasa, klausa, kalimat, dan dapat juga berupa unsur yang lebih besar dari itu, misalnya alinea dengan pemarkah lanjutan, dan topik pembicaraan dengan pemarkah alih topik atau pemerkah disjungtif.
Dilihat dari segi maknanya pun, perangkaian unsur dalam wacana mempunyai bermacam-macam makna. Namun, dalam Lirik lagu Parangtritis tidak dutemukan.
B. Aspek Lesikal Lirik Lagu “Parangtritis”
Aspek leksikal adalah hubungan antara unsur dalam wacana secar semantik. Dalam analisis aspek leksikal untuk menandai koherensi pada lagu Parangtritis terdapat dua penanda, yaitu repetisi (perulangan), sebagai berikut:
1. Repetisi (perulangan)
Repetisi (perulangan) adalah pengulangan satuan lingual (bunyi, suku kata, kata, atau bagian kalimat) yang dianggap penting untuk member tekanan dalam sebuahkonteks yang sesuai (sumarlan, 2003:34). Hasil analisi lirik lagu Parangtritis menunjukkan bahwa terdapat repetisi utuh, sebagai berikut:
a. Repetisi Utuh
Repetisi utuh adalah pengulangan satuan lingualyang berupa kalimat. Dalam lirik lagu Parangtritis ditemukan repetisi utuh pada bagian bait kedua dan ketiga, yaitu pada kalimat Parangtritis ‘Parangtritis’ Neng kono ono wong manis ‘Di situ ada orang (wanita) manis’. Seperti pada kutipan berikut:
(13) Parangtritis (II, 1)
Parangtritis
(14) Neng kono ono wong manis (II, 2)
Di situ ada orang (wanita) manis
(15) Parangtritis (II, 4)
Parangtritis
(16) Neng kono ono wong manis (III, 1)
Di situ ada orang (wanita) manis.
C. Aspek Gramatikal lirik lagu “Layang Kangen”
Aspek Gramatikal wacana adalah analisis wacana mengenai segi bentuk atau struktur lahir wacana ( sumarlan, 2003:23). Analisis aspek gramatikal wacaana lirik lagu “Layang Kangen” meliputi: Pengacuan (reference), penyulihan (substitution), pelesapan (ellipsis), perangkaian (conjunction).
1. Penagcuan (Referansi)
Pengacuan atau referensi salah satujenis kohesi gramatika yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain yang mendahului atau mengikutinya. Dalam analisis wacana lagu “Layang Kangen” terdapat tiga jenis pengacuan, yaitu pengacuan persona, pengacuan demonstratif, dan pengacuan komparatif.
a. Pengacuan Persona
Pengacuan persona dapat direalisasika melalui pronomina persona (kata ganti orang), yang meliputi persona pertama, kedua, ketiga, dan ketiga baik jamak maupun tunggal. Pada lagu Layang Kangen dutemukan dua pronomina, yaitu (1) pronomina persona pertama tunggal, dan (2) pronominal kedua tunggal. Pronomina pertama dan pronominal kedua tunggal bentuk bebas: aku, yang terdapat pada kutipan berikut:
(17) Iki ugo mesti enggal bali (II,2)
(18) Percoyo aku, kuatno atimu (IV,1)
Pronomina pertama dan pronomina kedua tunggal lekat kanan –mu, -ku pada kutipan berikut:
(19) Wis tak woco opo karepe atimu (I, 2)
(20) Trenyuh ati iki mocao tulisanmu (I, 3)
(21) Umpomo tanganku dadi suwiwi (II, 1)
(22) Ning kepriye maneh mergo kahananku (II, 3)
(23) Cah ayu entenono tekaku (II, 4)
(24) Cah ayu entenono tekaku (IV, 2)
Pada kutipan (17) dan (18) pronominal pertama tunggal bentuk bebas aku dan pronominal pertama tunggal bentik terikat kanan –ku pada tanganku, tekaku, (21), (22), (23), dan (24) merupakan pengacuan bersifat eksoforis, karena yang diacu berada di luar teks, yaitu penulis lagu Didi Kempot atau orang yang sadang dirindukan. Pronomina persona kedua tunggal bentuk lekat kanan –mu pada atimu, tulisanmu (19) dan (20) mengacu pada seseorang yang sedang dirindukan oleh pengarang yaitu Didi Kempot merupakan pengacuan bersifat eksoforis karena yang diacu berada diluar teks.
a. Penacuan Demontratif
Pengacuan Demonstratif merupakan pengacuan kata ganti penunjuk. Pengacuan ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pronomina demonstratif waktu (temporal) dan pronomina demonstratif tempat. Pada lirik lagu Layang Kangen hanya ditemukan pronomina waktu lampau. Seperti pada kutipan berikut:
(25) Layangmu tak tompo wingi kuwi (I, 1)
Pada kutipan (25) terdapat pronomina demonstratif wingi “kemarin” yang mengacu pada waktu lampau karena tidak menunjukkan waktu netral, waktu kini, atau waktu yang akan datang.
a. Pengacuan Komparatif
Pengacuan komparatif adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang bersifat membandingkan dua hal atau lebih yang mempunyai kemiripan atau kesamaan dari segi bentuk atau wujud sikap, watak, sifat, perilaku. Kata-kata yang digunakan untuk membadingkan, yaitu seperti , bagai, bagaikan, laksana, sama dengan, tidak berbeda dengan, persis seperti, dan persis sama dengan. Namun dalam lirik lagu Layang Kangen tidak ditemukan pengacuan Komparatif karena dari lirik tersebut tidak dijumapi oleh kata –kata yang mendukung adanya perbandingan.
2. Pelesapan
Pelesapan atau ellipsis adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa penghilangan satuan lingual tertentu yag telah disebutkan sebelumnya. Pada wacana lagu Layang Kangen ditemukan pelesapan pada kutipan berikut:
(26) a. Ra kroso netes eluh ning pipi (I, 4)
‘tak tersa meneteskan air mata dipipiku’
a. Ra krasa aku netes eluh ning pipi
‘tak terasa aku meneteskan air mata dipipiku’
(27) a. Adoh bojo pingin turu ora merem
‘Jauh dari istri ingin tidur susah terlelap’
b.Adoh bojo aku pingin turu ora merem
‘jauh dari istri aku ingin tidur susah terlelap’
(28) a. Ra kepethuk sawetoro pingin weruh
‘tak bertemu sementar ingin melihat’
b.Ra kepethuk sawetoro aku pingin weruh
‘tak bertemu sementara aku ingin melihat’
Pada kutipan (26), (27),(28) terjadi pelesapan berupa kata aku. Pelesapan itu berfungsi sebagai subjek atau pelaku tindakan. Hal ini menunjukkan bahwa denagn terjadinya peristiwa pelesapan tersebut akan menjadi kutipan yang efektif, efesien.
3. Perangkaian
Perangkaian (konjungsi) adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang dilakukan dengan cara menghubungkan unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam wacana. Unsur yang dirangkaikan dapat berupa satuan lingual kata, frasa, klausa, kalimat, dan dapat juga berupa unsur yang lebih besar dari itu, misalnya alinea dengan pemarkah lanjutan, dan topic pembicaraan dengan pemarkah alih topic atau pemerkah disjungtif.
Dilihat dari segi maknanya pun, perangkaian unsur dalam wacana mempunyai bermacam-macam makna. Lirik lagu Layang Kangen mempunyai satu konjungsi yaitu konjungsi mergo (karena), dapat dilihat pada kutipan berikut:
(29) Ning kepriye maneh, mergo kahananku (II, 3)
‘Tapi bagaimana lagi, karena keadaanku’
Kunjungsi mergo (karena) pada (13) berfungsi menghubungkan secara koorsinatif antara klausa yang berada di sebelah kiri untuk menyatakan hubungan sebab-akibat hubungan klausa antara klausa berikutnya yaitu kahananku sebagai sebab.
D. Aspek Leksikal lirik lagu “Layang Kangen”
Aspek leksikal adalah hubungan antara unsur dalam wacana secar semantic. Dalam analisis aspek leksikal untuk menandai koherensi pada lagu Layang Kangen terdapat satu penanda, yaitu repetisi (perulangan)
1. Repetisi (perulangan)
Repetisi (perulangan) adalah pengulangan satuan lingual (bunyi, suku kata, kata, atau bagian kalimat) yang dianggap penting untuk member tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai (sumarlan, 2003:34). Hasil analisi lirik lagu Parangtritis menunjukkan bahwa terdapat repetisi epistfora, sebagai berikut:
a. Repetisi epistfora
Repetisi epistfora adalah pengulangan satuan lingual kata atau frasa pada akhir baris (dalam puisi) atau akhir kalimat (dalam prosa) secara berturut-turut. Analisis lirik lagu Layang Kangen menunjukkan repetisi epistfora pada kata cah ayu, entenono tekaku ‘Wahai kau cantik, tunggu kedatanganku’ pada bait kedua dan ketiga. Seprti pada kutipan berikut ini:
(30) Cah ayu, entenono tekaku (II, 4)
‘Wahai kau cantik, tunggu kedatanganku’
(31) Cah ayu, entenono tekaku (IV, 2)
‘Wahai kau cantik, tunggu kedatanganku’
Simpulan
Analisi wacana pada lirik lagu “Parangtritis” dan “ Layang Kangen” yang diciptakan oleh seorang yang mempunyai seni yakni Didi Kempot. Kedua lagu tersebut diciptakan oleh dia dan dinyanyikan olehnya. Didi Kempot menciptakan lagu ini berdasarkan pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain seperti temannya yang ia buat lagu. Didi Kempot berharap dengan diciptakan lagu tersebut dapat menginspirasi banyak orang.
Lirik lagu dari Parangtritis dan Layang Kangen yang diciptakan Didi Kempot menceritakan tentang kisah percintaan dimana kerinduan yang tidak dapat ditahan lagi sampai meneteskan air mata. Kedua lagu tersebut mempunyai kesamaan tentang kerinduan, tetapi pada Layang Kangen ceritanya sepasang kekasih yang saling merindukan. Sebaliknya dengan Parangtritis yang menahan rindu kepada kekasihnya (wanita) tetapi sang kekasih hanya memberikan janji palsu kepda pasangannya dan pantai Parangtritis yang menjadi kenangan terindahnya.
Analisis wacana tersebut dikategorikan sebagai wacana bersifat naratif. Analisis internal pada lagu Parangtritis dan Layang Kangen dalam aspek gramatikal ditemukan pengacuan yang dibagi menjadi tiga yakni pengacuan persona, pengacuan demonstratif, pengacuan komparati, pelesapan, dan penrangkaian.
DAFTAR PUSTAKA
Putra Anung Tiara.2008. skripsi dengan judul “Wacana lirik lagu pop jawa karya Didi Kempot (analisis gramatikal, leksikal, dan kontekstual). Surakarta. UNS-FSSR Jur. Sastra Daerah.
Gani Yola Damayanti, Willy Chandra. 2007. Penelitian teks dengan judul Sumarlan,dkk.2003. Teori dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta. Pustaka cakra.
http://www.slideshare.net/septianraha/biografi-seniman-indonesia. Selasa 21 juni 2016 pukul 16.10 WIB.
http:// pank5redup.heck.in/lirik—lagu-jawa-artinya-didi-kempot-layang.xhtml. Selasa 21 juni 2016 pukul 16.10 WIB.
http:www.kamus lrik.com/parangtritis-didi-kempot. Selasa 21 juni 2016 pukul 16.10 WIB.
https://yolagani.wordpress,com/2007/11/23/campursari-ala-didi-kempot-perempuan-dan-laki-laki-jawa-mendobrak-patriarki Selasa 21 juni 2016 pukul 16.10 WIB.
Lampiran
Lirik Lagu Parangtritis
Rasane kepengin nangis yen kelingan parangtritis
Rasanya ingin menangis kalau ingat parangtritis
Rasane koyo diiris
Rasanya seperti diiris
Naliko udah gerimis rebo wengi malem kemis
Sewaktu hujan gerimis rabu malam – malam kamis
Ra nyono ra ngiro, janjimu jebul mung lamis
Tak terduga tak terkira, janjimu ternyata dusta
Parangtritis
Parangtritis
Neng kono ono wong manis
Di situ ada orang (wanita) manis
Yen eling kowe reneo gelis
Kalau ingat kamu cepatlah ke sini
Parangtritis
Parangtritis
Neng kono ono wong manis
Di situ ada orang (wanita) manis
Yen eling aku kepengin nangis
Kalau ingat aku ingin nangis
Ombak gede katon ngawe-awe
Ombak besar seperti melambai
Nelongso neng ati rasane
Sedih di hati rasanya
Ombak gede, sing dadi seksine
Ombak besar, yang jadi saksinya
Isih kelingan tekan seprene
Masih teringat sampai sekarang
Lirik Lagu Layang Kangen
Layangmu tak tompo wingi kuwi
Suratmu ku terima kemarin itu
Wis tak woco opo karepe atimu
Sudah kubaca apa keinginanmu
Trenyuh ati iki moco tulisanmu
Tersentuh hati ini membaca tulisanmu
Ra kroso netes eluh ning pipiku
Tak terasa menetes air mata di pipiku
Umpomo tanganku dadi suwiwi
Seandainya tanganku menjadi sayap
Iki ugo aku mesti enggal bali
Ini juga aku harus cepat pulang
Ning kepriye maneh, mergo kahananku
Tapi bagaimana lagi, karena keadaanku
Cah ayu, entenono tekaku
Wahai kau cantik, tunggu kedatanganku
Reff:
Ra maido sopo wong sing ora kangen
Bukan mengeluh siapa yang tidak rindu
Adoh bojo pingin turu angel merem
Jauh dari istri ingin tidur susah terlelap
Ra maido sopo wing sing ora trenyuh
Bukan mengeluh siapa yang tidak tersentuh
Ra kepethuk sawetoro pingin weruh
Tak bertemu sementara ingin melihat
Percoyo aku, kuatno atimu
Percaya padaku, kuatkan hatimu
Cah ayu, entenono tekaku
Wahai cantik, tunggu kedatanganku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar